Serba serbi

#HariIni di 2012, Pesawat Garuda Mendarat Darurat di Bengawan Solo

Foto

16 Januari 2020 18:01 WIB

Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 421 mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo pada 16 Januari 2002 (Sumber: airlive.net)

Solotrust.com - 18 tahun silam mungkin menjadi salah satu catatan sejarah kelam bagi maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Pada 16 Januari 2002, pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 421 mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo setelah menembus hujan badai es.

Merangkum berbagai sumber, Kamis (16/01/2020), pesawat B737-300 Garuda Indonesia rute penerbangan Lombok-Yogyakarta harus melakukan pendaratan darurat lantaran kedua mesin pesawat mati akibat cuaca buruk menembus hujan dan es.



Saat itu, pesawat mengangkut 54 penumpang dan enam kru. Seluruh penumpang dinyatakan selamat, namun seorang kru awak kabin ditemukan meninggal dunia ketika pesawat tengah mendarat.


GA421 terbang dari Bandara Selaparang, Mataram pukul 15.00 WITA dan dijadwalkan tiba di Bandara  Yogyakarta pukul 17.30 WIB. Pesawat yang diawaki Kapten Abdul Rozak itu melaju di ketinggian sekira 31 ribu kaki. Saat berada di ketinggian itu dan berada di langit Rembang, pesawat sempat sedikit keluar dari rute setelah berkomunikasi dengan ATC dan mendapatkan izin. Hal itu dilakukan lantaran di depan terdapat awan CB yang mengandung hujan serta petir. 

Pesawat kemudian terbang di antara dua sel awan badai dan sekira 90 detik selepas memasuki awan berisi hujan, pesawat turun di ketinggian 18 ribu kaki dengan kondisi mesin masih idle. Sesaat kemudian kedua mesin tiba-tiba mati dan kehilangan daya dorong. 

Usaha berkali-kali dilakukan pilot dan copilot untuk kembali menghidupkan unit daya cadangan (auxiliary power unit/APU) agar mesin utama bisa dihidupkan kembali, namun sayangnya tidak berhasil. 


Hasil penyelidikan menyatakan, kru kokpit sudah berkali-kali mencoba menyalakan mesin dengan interval setiap satu menit, sedangkan Manual B737 yang dikeluarkan Boeing menyebut APU mesti dinyalakan dalam interval tiga menit sekali.

Berbagai usaha telah dilakukan kru kokpit karena mesin pesawat belum di-restart dan berada di ketinggian 8000 kaki. Pilot kemudian melihat di bawah terdapat alur Sungai Bengawan Solo. Alhasil, diputuskanlah untuk mendaratkan pesawat di Bengawan Solo.

Pesawat akhirnya ditching alias mendarat tanpa mengeluarkan roda pendaratan atau flaps (menjulurkan sayap). Lewat usaha dan perhitungan cermat, akhirnya pesawat berhasil didaratkan di aliran Sungai Bengawan Solo di daerah Serenan Juwiring Klaten. (dd)

(redaksi)