Serba serbi

Hasil Penelitian, 40 Persen Orang di Dunia Alami Gangguan Pencernaan

Kesehatan

1 Mei 2020 18:03 WIB

Ilustrasi. (dok. Shutterstock)


JAKARTA, solotrust.com- Wabah penyakit virus corona COVID-19 yang menyerang saluran pernapasan bukan satu-satunya problem di dunia saat ini. Setidaknya, masih ada masalah lain yakni lebih dari 40 persen orang di seluruh dunia mengalami aneka penyakit gangguan pencernaan.



Itu diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan The Rome Foundation mengenai Disorders of Gut-Brain Interactions (DGBI) yang terdiri dari 22 gangguan sistem pencernaan. Penelitiannya dilakukan di lebih dari 30 negara--termasuk Indonesia--di enam benua, dan hasilnya telah dipublikasi di jurnal Gastroenterology.

Datang dari ide anggota Dewan Direksi The Rome Foundation, Ami Sperber, penelitian itu digulirkan melalui survei online di 24 negara dan wawancara langsung di 8 negara lainnya. Tingkat kerumitannya tergambar dari waktu yang dibutuhkan untuk mengolah ide awal hingga dapat dipublikasikan.

“Penelitian ini memakan waktu lebih dari sepuluh tahun,” ujar Ami dalam keterangan tertulis yang dibagikan, Kamis 30 April 2020. Survei online dan wawancara menggunakan kuesioner Rome IV Adult Diagnostic, Rome III IBS, dan lebih dari 80 jenis kuesioner lainnya untuk mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan DGBI.

Ami menuturkan hasil survei itu bahwa DGBI berpengaruh terhadap kualitas hidup dan tingkat pemanfaatan layanan kesehatan lebih 40 persen masyarakat dunia. Penelitian epidemiologi global yang dilakukan The Rome Foundation adalah studi multi-nasional berskala besar pertama yang membahas kejadian dan beban penyakit DGBI.

“Data yang diperoleh dari 73 ribu responden di 33 negara di enam benua tersebut kedepannya dapat menjadi bahan analisis baru yang akan menghasilkan lebih banyak artikel ilmiah” kata Ami yang juga Direktur Studi Global.

Penelitian ini, misalnya, dapat meningkatkan pemahaman mengenai kondisi penyakit DGBI di tingkat global dan regional. Termasuk hubungannya dengan jenis kelamin, usia, budaya, pola makan, faktor psikososial, serta dampak signifikannya terhadap kualitas hidup, pemanfaatan layanan kesehatan, dan faktor ekonomi.

Indonesia diwakili oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam sebagai peneliti utama negara dalam penelitian tersebut. Menurut Ari, penelitian epidemiologi global yang dilakukan The Rome Foundation memberikan data kejadian dan dampak dari penyakit DGBI di Indonesia dan perbandingannya dengan negara lain.

Ari yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PB PEGI) menerangkan, data hasil penelitian tersebut juga membuktikan perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat, dokter, dan pembuat kebijakan kesehatan untuk menghadapi dampak DGBI di Indonesia.

 “Selain itu juga membuktikan bahwa masih perlu dilakukan penelitian serta alokasi sumber daya lebih lanjut untuk memperdalam penelitiannya,” kata Ari yang juga aktif menghadiri pertemuan tahunan yang diadakan oleh The Rome Foundation.

Presiden The Rome Foundation, Jan Tack, mengatakan bahwa penelitian ini menunjukkan komitmen dari The Rome Foundation untuk terus memajukan ilmu pengetahuan dan meningkatkan pemahaman mengenai DGBI atau gangguan pencernaan. Juga menegaskan bahwa The Rome Foundation merupakan organisasi yang memiliki jangkauan penelitian yang luas.

“The Rome Foundation akan terus memastikan bahwa ke depan gangguan pencernaan, dasar epidemiologis dan analisis data yang berasal dari penelitian ini akan berguna bagi bidang lain,” ujar Jan Tack menambahkan. #teras.id

(wd)