Hard News

Udara Terasa Panas dan Gerah Fenomena Biasa Musim Kemarau, Ini Imbauan BMKG

Hard News

28 Mei 2020 16:31 WIB

Ilustrasi (Google)

JAKARTA, solotrust.com - Banyak masyarakat mengeluhkan suasana gerah dan panas dalam beberapa hari terakhir. Terkait itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun memberikan penjelasannya.

Suasana gerah secara meteorologis, menurutDeputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal disebabkan suhu udara panas disertai kelembapan udara tinggi. Kelembapan udara tinggi menyatakan jumlah uap air terkandung pada udara. Semakin banyak uap air dikandung dalam udara, maka akan semakin lembap udara tersebut.



"Apabila suhu meningkat akibat pemanasan matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan, suasana akan lebih terasa gerah," ujarnya dalam siaran pers BMKG.

Laporan pencatatan meteorologis suhu maksimum udara (umumnya terjadi pada siang atau tengah hari) di Indonesia dalam lima hari terakhir berada dalam kisaran 34 hingga 36°C. Herizal  mengungkapkan, beberapa kali suhu udara lebih dari 36°C tercatat terjadi di Sentani, Papua.

Di Jabodetabek, pantauan suhu maksimum tertinggi terjadi di Soekarno/Hatta 35°C, Kemayoran 35°C, Tanjung Priok 34,8°C, dan Ciputat 34,7°C. Demikian pula wilayah lain di Jawa, siang hari di Tanjung Perak suhu udara terukur 35°C. Wilayah perkotaan terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan.

"Sementara itu, catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kisaran lebih dari 80% hingga 100% yang termasuk berkelembapan tinggi," tambahnya.

Fenomena udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa pada saat memasuki musim kemarau. Di Jabodetabek, kata Herizal, periode April-Mei adalah bulan-bulan di mana suhu udara secara statistik berdasarkan data historis memang cukup tinggi, selain periode Oktober-November.

"Pada musim kemarau suhu udara maksimum di Jakarta umumnya berada pada rentang 32-36°C. Udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan karena udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari," terangnya.

Perkembangan musim kemarau hingga pertengahan Mei 2020 menunjukkan sebanyak 35% wilayah Zona Musim (ZOM) sudah memasuki musim kemarau, di antaranya: sebagian besar wilayah di NTT dan NTB, sebagian Jawa Timur bagian Selatan, sebagian Jawa Tengah bagian Utara dan Timur, sebagian Jawa Barat bagian Utara dan Timur serta Bekasi bagian Utara, Jakarta bagian Utara, serta sebagian daerah Papua dan Maluku.

Herizal pun mengimbau masyarakat agar tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi, namun tetap perlu menjaga kesehatan dan stamina. Banyak minum dan makan buah segar sangat dianjurkan, termasuk memakai tabir surya sehingga tidak terpapar langsung sinar matahari.

(redaksi)