JAKARTA, solotrust.com - Usai terdampak limpasan banjir pesisir (rob) pada awal Juni lalu, potensi rob diperkirakan akan kembali berulang, khususnya untuk Pesisir Utara Jawa dan Pesisir Selatan Pulau Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.
Plt Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal, menjelaskan potensi itu disebabkan kondisi pasang air laut yang cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia akibat fase bulan baru (spring tide) pada 21 Juni 2020.
“Selain dari faktor astronomis tersebut, terdapat faktor meteorologis berupa potensi gelombang tinggi. Gelombang tinggi diprakirakan terjadi mencapai 2,5 meter hingga 4,0 meter di Laut Jawa dan lebih dari 4,0 meter di Samudra Indonesia Selatan Pulau Jawa hingga Sumba," ungkap Herizal.
"Gelombang itu dibangkitkan oleh embusan angin Timuran (musim kemarau) yang kuat dan persisten mencapai kecepatan hingga 25 knot (46 km/jam) yang ikut berperan terhadap peningkatan kenaikan tinggi muka air laut,” tambahnya dalam siaran pers, Sabtu (20/06/2020).
Potensi hujan diperkirakan dapat terjadi dalam tiga hari ke depan di beberapa lokasi sekitar Jakarta, Cilacap, serta umumnya wilayah Pesisir Selatan dapat menambah tinggi dan lama berlangsungnya genangan rob.
Saat ini, menurut Herizal, pemantauan satelit Altimetri untuk tinggi muka air laut di Perairan Indonesia umumnya bernilai positif, yakni berada di atas tinggi muka laut rata-rata (mean sea level, MSL).
“Potensi rob dan gelombang tinggi tersebut diperkirakan akan berlangsung mulai 19 hingga 21 Juni mendatang. Setelahnya memiliki kecenderungan menurun seiring dengan penurunan kecepatan angin,” ungkap dia.
Herizal berharap masyarakat, terutama bermata pencaharian dan beraktivitas di pesisir atau pelabuhan agar meningkatkan kewaspadaan dan upaya mitigasi terhadap potensi bencana rob dan gelombang tinggi. Kewaspadaan terutama untuk daerah-daerah pantai berelevasi rendah, seperti Pesisir Utara Jakarta, Pekalongan, Semarang, Demak hingga Pantura Jawa Timur.
(redaksi)