Serba serbi

Wisata: Pesona G-Land yang Tersembunyi di Ujung Selatan Banyuwangi

Wisata & Kuliner

4 Agustus 2020 16:31 WIB

Aksi peselancar menaklukkan ombak di Pantai Plengkung (G-Land) Banyuwangi (Dok. Istimewa/Kemenparekraf)

BANYUWANGI, solotrust.com - Ketika G-Land justru masih terdengar asing bagi sebagian besar wisatawan Nusantara, berbeda halnya dengan wisatawan mancanegara. G-Land atau biasa disebut Pantai Plengkung adalah salah satu destinasi favorit turis asing saat berkunjung ke Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim).

Pantai yang terletak di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo itu dianggap sebagai salah satu surga tersembunyi bagi para peselancar dunia. Tak heran, selancar menjadi daya tarik utama bagi pantai itu,



Selain itu, G-Land menyuguhkan keindahan alam kaya dengan hamparan laut biru yang luas dan ombak memanjang, tinggi, dan besar. Hal itulah yang membuat para peselancar manapun tertantang ingin menaklukkannya. 

Panjang ombak pantainya bisa mencapai dua kilometer dengan ketinggian ombak hingga delapan meter. Gelombang pasang di G-Land kerap kali dapat membentuk tabung air yang hampir sempurna. Tak heran, jika ombak di G-Land disebut sebagai ombak terbaik kedua setelah Hawaii, Amerika Serikat.

Menariknya, G-Land menyajikan berbagai pilihan tipe ombak bagi peselancar manapun yang datang. Mulai dari peselancar pemula hingga peselancar yang sudah memiliki keahlian tingkat tinggi. 

Ombak G-Land memiliki tiga tingkatan, yakni Many Track WavesSpeedis Waves, dan Kong Waves. Many Track Waves kerap digunakan peselancar pemula dengan ketinggian ombak tiga hingga empat meter. Lalu, Speedis Waves ketinggian ombak mencapai lima hingga enam meter untuk peselancar tingkat sedang. Sementara Kong Waves, biasanya digunakan untuk peselancar tingkat profesional, memiliki ketinggian ombak mencapai enam hingga delapan meter.

Selain menjadi tempat favorit bagi para peselancar, Pantai G-Land Banyuwangi memiliki harmonisasi warna indah dan memesona.

Terdapat pasir pantai putih halus, hamparan laut biru luas, bebatuan karang dengan konfigurasi unik, serta pepohonan hijau. Perpaduan itu menjadikan G-Land pemandangan alam eksotis. Pengunjung yang tak bisa berselancar juga bisa melakukan berbagai aktivitas di laut seperti diving dan snorkeling.


Kegiatan menarik lainnya yang bisa dilakukan pengunjung ialah tracking menggunakan sepeda atau pun berjalan kaki menyusuri pantai sambil menikmati pemandangan alam indah. Bahkan, pengunjung juga bisa mengelilingi Taman Nasional Alas Purwo dengan pepohonan menjulang tinggi.

G-Land juga memiliki banyak tempat foto yang bisa dijadikan sebagai objek foto menarik. Selain itu, pengunjung bisa melihat satwa liar yang ada di Kawasan Taman Nasional Alas Purwo, mulai dari kera hingga rusa. Hewan-hewan ini berkeliaran secara bebas.

Bagi pengunjung ingin menginap di G-Land, terdapat beberapa pilihan penginapan yang bisa disewa sesuai fasilitas ditawarkan, di antaranya Bobby Surf CampJoyo’s Surf Camp, dan G-Land Jack’s Surf Camp.

Menuju Pantai G-Land, pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Jarak tempuh lebih kurang 50 kilometer dari pusat Kota Banyuwangi. Durasi perjalanan menuju G-Land memakan waktu sekira 2,5 jam.

Selama perjalanan, pengunjung disuguhkan pemandangan alam menawan. Langit biru begitu cerah, sinar mentari hangat, hamparan sawah hijau, serta gunung menjulang tinggi membuat siapa pun yang melihat, merasakan kesegaran alam murni.

Memasuki kawasan Taman Nasional Alas Purwo, pengunjung menyusuri hutan dengan pohon-pohon tinggi yang masih sangat asri, disambut kawanan kera berkeliaran di jalanan dan pepohonan. Selain itu, ada pula rusa yang berada di sekitar pantai. Meski tidak langsung kabur, namun kera dan rusa tetap menjaga jarak dengan manusia.

Salah satu warga asli Banyuwangi yang berada di Taman Nasional Alas Purwo, Wawan mengatakan ombak G-Land sangat digemari peselancar.

“Peselancar mancanegara mayoritas berasal dari Australia, Amerika, Inggris, dan Eropa,” ungkapnya.


Menurut Wawan, kegiatan berselancar paling ramai pada Maret hingga Oktober setiap tahunnya.

“Kalau tidak ada pandemi Covid-19, kejuaraan selancar dunia atau yang biasa disebut World Surfing League Championship Tour akan diselenggarakan di G-Land pada Juni lalu. Karena event (acara-red) ini memang yang paling ditunggu-tunggu oleh atlet surfing (selancar-red) dunia,” kata Wawan.

Mengingat hal itu, Banyuwangi merupakan salah satu kota yang sukses dalam mengembangkan dan mengemas berbagai kegiatan di bidang pariwisata. Namun, sejak pandemi Covid-19 membuat berbagai macam acara, seperti WSL Championship Tour harus ditunda sampai situasi Covid-19 mereda.

Memulihkan destinasi wisata di Banyuwangi, pemerintah Kota Banyuwangi telah melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai protokol kesehatan yang berlaku di era adaptasi kebiasaan baru kepada seluruh pelaku usaha pariwisata serta masyarakat.

Bupati Banyuwangi, Azwar Anas, mengatakan masyarakat Banyuwangi sebagian besar telah sadar untuk menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari penggunaan teknologi serta sertifikasi protokol kesehatan di berbagai bidang usaha telah dilakukan.

“Kami telah membuat aplikasi panduan kesehatan serta sertifikasi kebersihan dan kesehatan dari dinas kesehatan meliputi hotel, homestay, café, restoran, dan warung makan,” kata Azwar Anas dalam siaran pers Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), awal pekan ini.

Mendukung kembalinya destinasi wisata di Banyuwangi, Kemenparekraf memfasilitasi penyediaan fasilitas kamar kecil di kawasan Taman Nasional Alas Purwo dan kawasan Agrowisata di Tamansuruh.

Selain itu, alat penunjang kebersihan dan keamanan, seperti penyediaan tempat cuci tangan, tempat sampah, toilet portable, masker, face shield, sarung tangan, baju alat pelindung diri (APD), alat semprot, tenda, life ring buoy, tandu lipat, signage (papan imbauan), dan kacamata.

“Kesehatan masyarakat dan produktivitas perekonomian harus dijalankan dengan seimbang. Mengingat perubahan pola wisatawan membuat setiap destinasi wisata harus mengedepankan protokol kesehatan,” ujar Azwar Anas.

(redaksi)