Solotrust.com - Membangun bisnis adalah impian banyak orang. Aktivitas marketing atau pemasaran juga lekat dengan bisnis apa pun yang sedang dibangun.Layaknya bisnis konvensional, startup atau perusahaan rintisan juga membutuhkan strategi marketing solid yang harus sesuai dengan karaketistik bisnis.
Topik inilah yang dibahas dalam webinar “Integrated Marketing Platform & Strategy”, diselenggarakan Diplomat Success Challenge(DSC), salah satu kompetisi wirausaha terbesar di Indonesia yang diinisiasi Wismilak Foundation sejak 2010 pada Rabu (09/09/2020) lalu.
Webinar dilaksanakan atas kerjasama dengan MarkPlus Institute ini dilakukan secara online alias dalam jaringan (Daring), menghadirkan pembicara CEO eFishery Gibran Huzaifah danCEO Radja Cendol Danu Sofwan. Webinar kali ini juga menghadirkan testimoni dari CEO Sirtanio Ahmed Tessario yang merupakan kolaborator DSC XI.
Berikut empat strategi marketing dibeberkan para pendiri startup sebagaimana disampaikan dalam siaran pers DSC XI.
1. Sesuaikan Strategi Pemasaran dengan Segmentasi Target Pasar (Customer Management)
Bagi Gibran Huzaifah, saat mendirikan eFishery, walaupun ia merasa cukup dibekali dengan teori-teori marketing dan pengalaman pada bisnis sebelumnya, namun kenyataan yang ia hadapi di lapangan sedikit berbeda.
Awalnya, eFishery merupakan startup penyedia alat pintar dengan teknologi IoT (internet of things) untuk memberi pakan pada ikan. Target pasarnya adalah pemilik usaha budidaya ikan yang sangat niche dan terbatas, sehingga Gibran memutuskan mendekati target market satu per satu dan mendemokan eFishery Feeder secara langsung.
Keteguhan Gibran dalam menghampiri target pasarnya ini pun ia simpulkan bahwa ‘marketing is anything that works effectively to drive people to buy your product’. Langkah selanjutnya, ia pun mendekatkan diri dan fokus membangun relasi dengan calon pelanggan (customer management).
Gibran merekrut banyak penjual pakan ternak di area sekitar untuk menjadi tenaga sales-nya guna memastikan para sales memiliki kedekatan secara emosional dan wawasan dengan target pasarnya.
“Identifikasi segmen pasar kita. Siapa yang paling mungkin untuk membeli produk kita? Bedah profil customer, areanya, behavior sampai ke permasalahan yang dihadapinya.” ungkap Gibran.
Senada dengan Gibran, CEO Radja Cendol (Randol) Danu Sofwan juga mengungkapkan pentingnya pelaku startup mengetahui siapa target pasar yang ingin disasar. Sebelum mendirikan Randol, Danu bahkan sempat merintis sepuluh bisnis yang semuanya gagal karena ia tidak mengetahui siapa target pasarnya secara jelas.
2. Scale-up Produk, Berikan Sentuhan Personal ke Strategi Marketing
Selain itu, pengembangan dari sisi produk (product management) juga tidak kalah penting. Setidaknya, ada tiga faktor menjadi dasar Randol mengembangkan produk.
Pertama, produk harus extraordinary di mana Randol saat itu sebagai pelopor minuman cendol susu yang belum banyak ada di pasaran, bahkan melawan arus tren pasar yang lebih menggemari minuman berbahan dasar bubble.
Kedua, tentukan USP (unique selling proposition) dari produk yang bukan hanya sekadar unik, tapi juga punya nilai jual. Ketiga adalah adanya unsur history dengan memasukkan cerita dari nilai produk sehingga pelanggan dapat melihat nyawa brand kita di setiap produk.
“Pastikan nilai produk bisa memberikan customer experience yang positif agar secara otomatis dipromosikan dari mulut ke mulut (words of mouth). Bangun positioning yang tepat. Tanyakan ke diri sendiri dan tim, ingin dikenal sebagai apa bisnis Anda di mata konsumen,” ujar Danu.
Mengembangkan produk kuliner seperti Randol, Danu juga memastikan jika produknya sesuai dengan selera masyarakat di daerah/kota yang ingin ia tuju dengan cara blind testing serta kuesioner.
Selain itu, walaupun Randol bermula dari kios kecil, Danu memastikan seluruh pegawainya memiliki SOP (Standard Operating Procedure) dan KPI (Key Performance Indicator) yang ketat agar kualitas yang disampaikan kepada konsumen dapat terjaga.
3. Publikasi, Promosi dan Branding Management
Berbeda dengan Randol yang melakukan promosi secara digital dengan media sosial, eFishery justru melakukan promosi hanya di titik-titik di mana karakteristik konsumen berada, yakni di toko pakan ikan. eFishery juga sering mengadakan sarasehan untuk membentuk komunitas dengan menghadirkan pembicara yang sesuai dengan karakteristik bisnis.
Baik Randol dan eFishery, keduanya menggunakan platform publikasi media massa sedikit berbeda. eFishery fokus pada media hyperlocal dengan cakupan media daerah yang terbatas, namun efektif sesuai dengan apa yang dikonsumsi pelanggannya. Sementara Randol menggunakan publikasi lebih masif dengan media lokal dan nasional.
Menariknya, branding eFishery justru dilakukan setelah bisnisnya cukup mapan dengan basis pelanggan sudah cukup besar. Kini eFishery telah berkembang menjadi perusahaan terintegrasi yang menjadi rantai pasok industri akuakultur dari hulu ke hilir (aquaculture intelligence company).
4. Strategi untuk Memperluas Jaringan
CEO Sirtanio Ahmed Tessarioyang juga salah satu kolaboratorDSC XI membagikan pengalamannya saat mengikuti DSC 2013. Sirtanio adalah perusahaan yang menyediakan sistem pertanian terintegrasi untuk membantu petani memanen beras organik bersertifikasi.
Bantuan diberikan dalam bentuk pinjaman (pupuk, benih, tenaga kerja) di mana petani akan dikontrak selama tiga musim untuk mengikuti program dan nanti hasil taninya akan dibeli 30 persen lebih tinggi dari harga pasar.
Kini Sirtanio telah berkolaborasi dengan lebih dari 2000 jaringan petani, 440 hektare lahan di 6 enam distrik di Jawa Timur, 14 distributor, dan lebih dari 200 reseller, serta produk yang didistribusikan ke 27 distrik di Indonesia, bahkan diekspor hingga Italia dan Afrika Selatan.
(redaksi)