YOGYAKARTA, solotrust.com- Tim Peneliti Universitas Gadjah Mada mengembangkan sistem peringatan dini gempa bumi.
Sistem peringatan dini gempa ini dikembangkan berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah, yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi. Sebelum terjadi gempa bumi akan muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat secara signifikan, ditambah permukaan air tanah naik turun secara signifikan.
Dua gejala ini akan dideteksi oleh alat Early Warning System (EWS) yang akan segera terhubung dengan handphone. Informasi yang didapat dijadikan panduan akan terjadinya gempa bumi dalam 2 sampai tiga hari mendatang.
“Sistem yang bekerja ini terdiri dari alat EWS, detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengkondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, sumber daya listrik, serta memanfaatkan teknologi Internet Of Thing (IOT).” Jelas Koordinator Lapangan Riset Lab SSPK, Rony Wijaya, Senin (28/9/2020).
Satu alat ews ini mampu mendeteksi radius sejauh 75 kilometer. Di DIY sendiri terdapat lima stasiun pantau yang setiap lima detik mengirim data server melalui IOT. Melalui alat ini juga tim peneliti mampu mendeteksi getaran gempa bumi diatas 4 scala richter.
Sistem deteksi ini dikembangkan sebagai mekanisme bentuk kesiapsiagaan masyarakat, aparat, dan akademisi untuk mengurangi risiko bencana. Sebab posisi Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, menjadikannya rentan terjadi gempa bumi. (adam)
(wd)