Ekonomi & Bisnis

Airlangga Hartarto: Tren Perekonomian Indonesia Sudah Positif

Ekonomi & Bisnis

06 November 2020 09:49 WIB

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Humas/Jay)

JAKARTA, solotrust.com - Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan rilis mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2020.

Disampaikan Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan persnya, Kamis (05/10/2020) di Jakarta, perekonomian Indonesia pada triwulan III-2020 mengalami kontraksi 3,49 persen (year-on-year/YoY). Namun, jika dibandingkan triwulan II-2020 (quarter-to-quarter/QtQ), ekonomi Indonesia meningkat sebesar 5,05 persen.



Menanggapi rilis BPS, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah menunjukkan tren positif. Ini menandakan mulai pulihnya ekonomi Indonesia yang terkontraksi akibat tekanan pandemi Covid-19.

“Kita sudah melewati rock bottom di kuartal II kemarin, minus 5,32 (persen) dan di kuartal III ini kita sudah mencapai tren positif di minus 3,49 (persen). Kita berharap nanti di kuartal IV trennya positif, minus 1,6 (persen) atau 0,6 (persen),” kata Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, Kamis (05/11/2020) sore, di Kantor Presiden, Jakarta, dilansir dari laman resmi Sekretariat Kabinet RI, setkab.go.id.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III juga naik, mencapai Rp3.895 triliun. Disampaikan Airlangga Hartarto, berdasarkan data BPS, perbaikan ekonomi Indonesia didorong oleh perbaikan yang terjadi di sisi demand, di mana konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama mengalami perbaikan dengan pertumbuhan sebesar 4,70  persen (QtQ) atau minus 4,04 persen (YoY).

Ditambahkan, secara kuartalan indikator lain yang juga tumbuh positif, yakni konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 0,56 persen, konsumsi pemerintah 16,93 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 8,45 persen, dan ekspor 12,14 persen.  

“Yang impor masih sedikit negatif, minus 0,08 persen,” ungkapnya.

Perbaikan juga terjadi dari sisi supply, di mana industri pengolahan dan sektor pertanian mengalami perbaikan dengan pertumbuhan kuartalan masing-masing sebesar 5,25 persen dan 1,01 persen. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang juga tumbuh 8,30 persen.

“Di sektor warehousing (pergudangan) itu melonjaknya tinggi, itu mendorong bahwa konsumsi sudah mulai membaik, yaitu 24,28 (persen). Demikian pula sektor yang terdampak besar, yang di kuartal II itu negatif, yaitu (penyediaan) akomodasi dan makan minum yang tadinya minus 22 (persen), ini meloncat ke 14,79 (persen),” papar Menko Perekonomian.

Meskipun produksi dan daya beli masyarakat masih belum kembali ke level sebelum pandemi, sejumlah indikator ekonomi menunjukkan perbaikan perlahan seiring mulai berjalannya aktivitas ekonomi.  

“PMI (Prompt Manufacturing Index-BI) kita sudah meningkat, kemudian penjualan kendaraan bermotor juga sudah lebih baik, kemudian penjualan retail juga meningkat, demikian pula Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan bahan baku dan bahan penolong juga naik, menunjukkan bahwa aktivitas industri sudah mulai,” papar Airlangga Hartarto.

Ditambahkannya, sebagai sektor paling terdampak akibat pandemi, sektor pariwisata juga sudah mulai menunjukkan perbaikan dibandingkan kuartal sebelumnya. Tekanan utama juga berada pada lapangan kerja formal dan informal dengan tingkat pengangguran masih sekitar lima persen.

(redaksi)