Entertainment

The Science of Fiction Rilis di Bioskop, Yosep Anggi Noen Berikan Sentuhan Puitis nan Sarkastik

Musik & Film

12 Desember 2020 05:27 WIB

The Science of Fiction atau Hiruk Pikuk Si-Alkisah yang disutradarai oleh Yosep Anggi Noen telah rilis di bioskop Indonesia, Kamis (10/12/2020). (Sumber: infoscreening)

Solotrust,com The Science of Fiction atau Hiruk Pikuk Si-Alkisah yang disutradarai oleh Yosep Anggi Noen telah rilis di bioskop Indonesia, Kamis (10/12/2020). Film dengan mood puitis, namun mengandung cerita satir ini mendapat penghargaan sebagai Special Mention dari Golden Leopard.

The Science of Fictionyang sukses meraih berbagai nominasi ini berlatar pada 1960-an di Indonesia. Diceritakan, seorang petani pendiam dari sebuah desa bernama Siman, tanpa sengaja menyaksikan sebuah syuting pendaratan di bulan oleh para kru asing di area berhantu dan tak berpenghuni. Siman yang ditangkap oleh para penjaga pun lidahnya dipotong agar tak menceritakan apa yang dia lihat kepada masyarakat lain.



Siman dengan lidah terpotong menjalani hidupnya dengan slow motion dan menirukan seorang astronaut di luar angkasa, seperti yang ia lihat pada syuting film konspirasi tersebut. Siman pun berharap dapat menceritakan apa yang ia lihat kepada masyarakat.

Alih-alih percaya, Siman justru dianggap aneh, bahkan gila oleh masyarakat lainnya. Gunawan Maryanto yang memerankan tokoh Siman berhasil memerankannya dengan sangat baik.

Film ini ditulis sejak 2013 dan dikembangkan bersama tim yang kemudian mempresentasikan karyanya ini di Asian Project Market (2014), Produire Au Sud (2016), dan Venice GAP Financing -Vinece Film Festival (2017). Hingga pada akhirnya film ini mendapat dukungan finansial dari Asian Cinema Fund (2013) dan Hubesr Bals Fun +Europe -Rotterdam International Film Festival. Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah ini kali pertama ditayangkan di Festival Film Internasional Locarno 2019, Swiss.

Tak jauh berbeda dengan film terkenal Anggi lainnya, seperti Istirahatlah Kata-Kata (2016) yang bercerita tentang Widji Tukul serta Vakansi Janggal dan Penyakit Lainnya (2012), pada film ini Anggi mengusung tema tak biasa dan dituturkan dengan gaya bercerita tidak biasa pula.

Banyak sindiran terkandung dalam film yang membanggakan dunia sineas Indonesia ini. Film ini dapat kita lihat dari dua perspektif, yakni singgungan terhadap konspirasi video Neil Amstrong dalam pendaratan Apollo 11 pada Juli 1969 serta singgungan terhadap pembisuan sejarah.  Pada akhirnya, film ini cenderung memberi sindiran pada rekayasa sejarah.

“Sejarah ditulis oleh pemenang. Namun di era digital ini, sejarah bisa ditulis oleh siapa saja. Saya akan memberikan cerita fiksi alternatif dari bangsa saya,” papar Anggi dalam director statement-nya. (dhk)

(redaksi)