Ekonomi & Bisnis

Realisasi Investasi Jateng 2020 Capai Rp 50,24 Triliun

Ekonomi & Bisnis

29 Januari 2021 20:33 WIB

Ilustrasi (Pixabay)

SEMARANG, solotrust.com – Realisasi investasi sepanjang 2020 di Jawa Tengah (Jateng) tercatat Rp50.24 triliun. Dibandingkan target Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang hanya Rp24,89 persen, perolehan itu mencapai 202 persen.

Hal ini dikemukakan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Ratna Kawuri, saat konferensi pers, Jumat (29/01/2021). Ia mengatakan, di masa pandemi Covid-19, pemodal dalam negeri lebih mendominasi ketimbang pemodal asing.



Ditambahkan, khusus triwulan IV 2020, investasi di Jateng Rp12,71 triliun. Terdiri atas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp7,81 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp4,90 triliun.

“Total 2020 realisasi investasi kita Rp50,24 triliun. Kalau dihitung dari target, 202 persen karena target yang ditetapkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rp24,89 triliun. Ini dikontribusikan dari Penanaman Modal Asing (PMA) 1.363.635.000 dolar AS (Rp19,63 triliun). Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) senilai Rp30.606.131.200.000,” beber Ratna Kawuri, dilansir dari Portal Resmi Provinsi Jawa Tengah, jatengprov.go.id.

Ia menyebut, kondisi pandemi memang memengaruhi PMA di Jateng. Hal itu karena pembatasan akses di berbagai negara, seperti Singapura atau negara lain yang menjadi penghubung atau hubungan perdagangan internasional.

Menurutnya, kondisi ini berbeda dari periode yang sama 2019. Pada tahun itu, investasi justru didominasi penanaman modal dari luar negeri.

“Kondisi 2020 cukup menekan tak hanya investasi, semua aspek mengalami tekanan luar biasa. Bagaimana kekuatan PMDN pada kondisi krisis justru menjadi penolong kinerja semakin meningkat. PMA mengalami keterbatasan aktivitas transportasi yang constrain (memaksa) kondisi di sana,” jelasnya.

Ratna Kawuri menambahkan, sektor diminati PMA adalah listrik, gas, dan air. Diikuti industri tekstil, barang dari kulit, serta alas kaki. Sementara itu, PMDN cenderung meminati sektor transportasi, gudang, telekomunikasi, listrik, gas, dan air. Ada pula industri mineral nonlogam, jasa, perumahan kawasan industri, dan perkantoran.

Sementara wilayah yang menjadi primadona investasi PMA adalah Batang, Jepara, Kota Semarang, Brebes, dan Kendal. PMDN lebih menyukai wilayah Tegal, Kota Semarang, Cilacap, Grobogan dan Kudus.

“Kalau negara peminat investasi di Jawa Tengah adalah Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, dan British Virgin Island,” urainya.

Dikatakan Ratna Kawuri, dari penanaman modal tersebut mampu menyerap 170.036 orang pekerja. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan 2019 yang hanya 114.743 orang.

Adapun, jumlah proyek pada 2020 mencapai 11.712 proyek. Angka ini naik 5.930 proyek dibanding pada 2019, di mana hanya ada 5.782 proyek.

Ratna Kawuri mengatakan, Jawa Tengah memiliki stock nett investasi dan target kecil, namun dapat merealisasikan lebih besar. Kuncinya adalah pada strategi  memaksimalkan promosi investasi Jateng.

“Kami melakukan gerilya yang sudah menyatakan kepeminatan event CJIBF atau promosi tersendiri, ketika kami mengunjungi kawasan New Zealand, Taipei, Australia atau kepeminatan datang sendiri, itu yang kami oyak (kejar),” pungkasnya. 

(redaksi)