Solotrust.com - Nama Multatuli atau Eduard Douwes Dekker tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang penulis sekaligus anggota Dewan Pengawas Keuangan Pemerintah Belanda yang ditempatkan kali pertama di Hindia Belanda. Pria kelahiran Amsterdam 2 Maret 1820 menggunakan nama pena Multatuli untuk menulis beberapa novel, salah satunya Max Havelaar yang cukup fenomenal.
Max Havelaar merupakan sebuah tulisan kritik tajam tentang perihnya arti sebuah penindasan atau kolonialisme. Karya ini membuat sebagian besar mata publik dunia terbuka.
Kendati menjadi perpanjangan tangan pemerintah kolonial Belanda, namun Multatuli menolak gaya pemerintahan Belanda yang cenderung semena-mena serta tidak memberikan keadilan terhadap penduduk pribumi. Hal itu membuat dirinya berpikir untuk menuangkan segala yang dilihat dan dialaminya ke dalam sebuah buku.
Ditulis pada 1859 di sebuah losmen kecil di Belgia, Max Havelaar menjadi karya populer hingga saat ini. Sebelumnya Eduard Douwes Dekker pun telah meyakini karyanya nanti akan dibaca masyarakat dunia.
Selama bertugas di Hindia Belanda, Eduard merasa hati nuraninya berbenturan dengan kenyataan di lapangan. Ia pun sering berdebat dan berbeda argumen dengan atasannya sehingga membuatnya mengambil keputusan mundur dan kembali ke Eropa.
Berbekal berbagai arsip dan pengalamannya, Eduard Douwes Dekker kemudian menulis novel Max Havelaar.
"Hanya ada beberapa keadaan di dunia materi ini yang tidak memberi kesempatan kepada seorang pemikir untuk melakukan pengamatan secara cerdas, sehingga aku sering bertanya pada diriku sendiri apakah banyaknya kesalahan yang telah kita anggap lumrah, banyaknya ketidakadilan yang kita pikir benar berasal dari fakta bahwa kita telah kelamaan duduk dengan teman yang sama di dalam kereta pelancong yang sama," itulah salah satu isi kalimat dalam novel Max Havelaar karya Multatuli.
Selain Max Havelaar, beberapa tulisan lain sempat pula dihasilkan dengan nama Multatuli, dalam bahasa latin berarti banyak yang sudah aku derita. Penulis dikenal tajam dalam mengkritik ini meninggal dunia di Jerman pada 19 Februari 1887. (dd)
(redaksi)