SOLO, solotrust.com - Upaya dr. Yongki, dokter sekaligus entertainer ini, patut sekali mendapat dukungan dalam kampanye kesehatan terkait penyakit autoimun kepada masyarakat. Dokter bernama asli Warigit Dri Atmoko ini adalah seorang ahli penyakit dalam di RS Triharsi Solo dan salah seorang finalis AFI (Akademi Fantasi Indosiar) 2005.
Dengan menggandeng RS Triharsi Solo, Harris dan Pop Hotel Solo, restoran Java Terrace, dan Solo Urbana Residence, dr. Yongki melakukan kampanye kesehatan untuk mengedukasi masyarakat tentang penyakit autoimun sekaligus merangkul masyarakat untuk mendukung para penyintas autoimun di seluruh Indonesia.
Pertama, dr Yongki menggelar lomba cerpen bertema perjuangan para penyintas autoimun yang dimenangkan oleh Hidayatus Shokhifah seorang penyintas autoimun jenis Lupus. Nantinya bab-bab dalam novel yang terinspirasi dari kisah nyata itu dibuat mini album bertajuk Kisah Rabu. Sebagai awalan pada Rabu, 24 Maret 2021, dr Yongki secara resmi merilis sebuah lagu bertajuk Rabu, Rasa yang Belum Usai secara daring dari Hotel Harris Solo.
Kreativitas dr. Yongki tergelitik sebabmelihat data Kemenkes yang menunjukkan pola penyakit sudah berubah. Sekarang ini yang banyak menghinggapi generasi muda karena terkait dengan gaya hidup tidak sehat. Maka pihaknya ingin sekali menggiatkan olahraga dan sangat mendukung kegiatan yang bersifat olahraga dan gaya hidup sehat.
"Saya dengan beberapa teman punya konsep, bagaimana caranya mengkampanyekan ke masyarakat namun sifatnya itu lebih soft, bahasanya mungkin soft selling. Lagu ini konsep awalnya ada dua versi, yang pertama orang bisa menikmati lagu ini tanpa kaitannya dengan cerita di dalam cerpen ini dan sekaligus untuk kampanye autoimun," terangnya pada media, Rabu (24/3/2021).
Di luar kampanye autoimun, secara umum lagu "Rabu, Rasa yang Belum Usai", untuk merepresentasikan perasaan galau karena teringat masa lalu atau belum bisa move on dari mantan. Atau mengingat orang-orang yang dikasihi sudah tidak ada lagi dalam kehidupan ini. Padahal masih ada rasa sayang yang membekas meski orang itu sudah pergi.
Sedangkan terkait kampanye autoimun, dalam video klip yang dibintangi Sendy Glodya Tinangon (Rania) dan Aldrin Christopher (Bumi) itu dr. Yongki menggambarkan adegan di mana Rania mengalami gejala penyakit autoimun dengan detail menyerupai kejadian nyata sampai pada grafik laboratnya karena memang dibuat dari kisah nyata.
Konsep ide cerita dari dr. Yongki tersebut dibuat menjadi sebuah buku berisi kumpulan cerpen dengan total 7 bab yang akan dibuat lagu-lagunya. Lagu Rabu ini awal kisah Rania dan Bumi berdasarkan kisah nyata seorang penyintas autoimun jenis Sjogren’s Syndrome. Rania, seorang guru TK memiliki hubungan pertunangan dengan Bumi. Sayangnya, mereka batal menikah karena penyakit autoimun yang diderita Rania.
"Jadi penyakit autoimun itu adalah penyakit seribu wajah, di mana penyakit itu lebih mendominasi wanita, 90 banding 1. Paling banyak menyerang wanita usia produktif, remaja sampai 60 tahun Gejalanya itu tidak spesifik, membutuhkan pengalaman untuk mendeteksi bahwa ini autoimun. Memang perlu perhatian dari kita juga untuk lebih aware terhadap kasus ini," tutur dr. Yongki.
Kata dr. Yongki, jenis autoimun ada lebih dari 150 dengan tiga jenis umum adalah Sjogren, Lupus, dan rematik arthritis. Biasanya penderita awalnya tidak menduga bahwa ini autoimun karena gejalanya tidak spesifik seperti rambut rontok, nyeri sendi, sariawan, mudah nyeri, demam hilang timbul, mata kering, mens tidak teratur, penurunan berat badan dan lainnya.
Ia berpesan terutama kepada para wanita, jika menemukan gejala-gejala non spesifik semacam itu segera konsultasi kepada yang berpengalaman di bidang otoimun. Apalagi penyakit autoimun juga berdampak dalam kehidupan sosial. Dr. Yongki mengisahkan, ada yang sampai diceraikan oleh suaminya hingga dipecat dari kantor tempat bekerja. Untuk itu, perlu segera ditangani dengan harapan bisa meningkatkan kualitas hidup para penyintas autoimun itu sendiri.
Penyebab autoimun kemungkinan adalah genetik, lingkungan dan hormon (GLH). Genetik sangat memiliki peranan terhadap kasus autoimun. Misalnya ibunya mempunyai penyakit autoimun biasanya anaknya juga memiliki risiko terkena autoimun. Lingkungan terkait makanan dan gaya hidup yang tidak sehat, tidur yang tidak teratur, tidak pernah olahraga dan stres berkepanjangan. Itu bisa memicu autoimun walaupun mungkin tidak memiliki genetik autoimun.
"Tujuan cerpen dan lagu ini adalah untuk memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat terkait kasus autoimun yang cukup banyak. Sekaligus bisa memberikan semangat, harapan, dan optimisme kepada penyintas autoimun. Kami mohon, kita bersama-sama merangkul para penyintas autoimun dan juga mengedukasi bahwa autoimun itu ada dan data semakin meningkat," ujarnya.
Proyek kumpulan cerpen dan album yang bertujuan sosial dan kemanusiaan ini akan terus berkesinambungan. Rencananya, hasil penjualan album akan disumbangkan kepada yayasan autoimun di Indonesia, salah satunya adalah Yayasan Autoimun Sjogren’s Syndrome Indonesia (YASSI).
Dr. Yongki saat ini aktif tergabung di beberapa yayasan autoimun, seperti Yayasan Autoimun Barlingmascakebbes dan menjadi ketua YASSI. Ia juga aktif memberikan edukasi terkait autoimun di beberapa seminar. Serta masih aktif sebagai narasumber acara Ayo Hidup Sehat di TV One.
Sebelumnya, dr. Yongki telah merilis lagu berjudul Bersama Kita Bisa pada 27 Mei 2020 saat awal pandemi Covid-19 lalu. Lagu ini dinyanyikan secara kolaborasi untuk memberikan semangat di situasi pandemi. Bersama sejumlah artis besar Indonesia seperti Rieka Roslan, dr.Tompi, Yuni Shara, Iis Dahlia, Ashanty, Dewi Gita, Dira Sugandi, Aurel Hermansyah, Rio Febrian, Ari Tulang, Yoriko, Salsa, Lucky, Aris Sanjaya, dan Bojes. Hasilnya didonasikan untuk mereka yang terdampak pandemi. (rum)
(redaksi)