Hard News

Dorong Produksi Bawang Putih Lokal, BI Solo Bina 2 Klaster Petani Soloraya

Jateng & DIY

20 April 2021 17:31 WIB

Klaster bawang putih binaan KPw BI Solo di Senden, Selo, Boyolali (Dok. solotrust.com/rum)

BOYOLALI, solotrust.com - Konsumsi bawang putih nasional yang tinggi berbanding terbalik dengan produksi bawang putih lokal yang hanya bisa mengkaver kurang dari sepuluh persen kebutuhan saja. Bahkan hampir 95 persen kebutuhan bawang dalam negeri justru dipenuhi dari impor bawang putih, utamanya dari Tiongkok.

Akibatnya, harga bawang putih sering tidak stabil, berpengaruh besar pada inflasi dan mendorong impor. Lalu apa upaya yang dilakukan pemerintah dan para pemangku kepentingan guna mengatasi hal itu? Mungkinkah Indonesia akan impor bawang putih selamanya?



Sebagai bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Soloraya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo telah melakukan pembinaan terhadap para petani bawang putih di dua wilayah, yakni Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, selanjutnya disebut klaster bawang putih.

"Total klaster bawang putih binaan KPw BI Solo ada dua tempat, satu di Tawangmangu Karanganyar dan uji coba yang baru ini di Senden, Selo, Boyolali. Kalau di Karanganyar sudah empat tahun, jadi sudah lebih mandiri. Karena hasilnya bagus, maka benih dari Karanganyar diujicobakan di sini," papar Kepala KPw BI Solo, Nugroho Joko Prastowo usai panen perdana varietas bawang putih Tawangmangu Baru di Boyolali, Senin (19/04/2021).

KPw BI Solo melakukan pengembangan bawang putih varietas Tawangmangu Baru di Desa Pancot, Kalisoro, Tawangmangu sejak 2017. Sejak Desember 2020 varietas ini direplikasi ke wilayah Senden, Selo, Boyolali sebagai uji coba di lahan demonstration of plot (Demplot).

Dalam memilih lokasi pengembangan, KPw Bi memilih yang potensial dan punya komitmen untuk berkembang, sehingga tahapan dari pengembangan itu bisa terus ditingkatkan untuk kemudian bisa lulus secara mandiri. Program piloting dari BI ini mengedukasi cara bertani yang bagus, dari cara, tanah, pemberdayaan maupun bibit.

Setelah itu, jika hasil panen bawang putih bagus akan direplikasi. BI juga bekerja sama dengan Dinas Pertanian setempat yang nantinya lebih banyak menjalankan tugas replikasi dan bersentuhan langsung dengan para petani di daerahnya.

"Setelah percontohan melalui demplot, langkah selanjutnya adalah replikasi. Kalau mendasarkan pada demplot saja, hasilnya tidak banyak, tetapi dengan replikasi, maka hasilnya banyak sehingga mampu memengaruhi suplai di pasaran, menjaga harga, dan mengurangi impor," jelas Nugroho Joko Prastowo.

Pembinaan BI ke klaster dilakukan secara total dari proses produksi sampai dengan proses pemasaran. Agar petani ini tidak dirugikan, apalagi biasanya produk pertanian kalau sedang melimpah akan kesulitan menjual dan harganya turun. Pihaknya juga menghubungkan dengan tani hub agar pemasaran ini tidak menjadi masalah, harga tetap dapat stabil, dan petani tidak dirugikan.

Klaster bawang putih Karanganyar dinilai sudah saatnya lulus dan bisa mandiri. Namun klaster bawang putih di Boyolali masih perlu dilanjutkan pembinaannya. Dilihat dari panen perdana pada Senin, 19 April 2021, dengan demplot 1200 m2 hasilnya lumayan, namun belum banyak jadi difokuskan untuk budidaya atau pembibitan dulu.

"Ke depan ketika ini direplikasi menjadi banyak produksinya, nanti setelah mungkin banyak yang menanam, diharapkan di panen kedua bawang putih sudah bisa sebagian dijual ke pasar," katanya.

Nugroho Joko Prastowo berharap, Desa Senden Kecamatan Selo bisa menjadi sentra bawang putihnya Boyolali, sentra bawang putihnya Soloraya, dan bahkan di Jawa Tengah. Tujuannya bisa mengurangi kebergantungan terhadap impor karena komoditas bawang putih ini menjadi salah satu yang jumlah impornya sangat besar.

Upaya pembinaan klaster bawang putih oleh KPw BI Solo memungkinkan dilakukan di wilayah kabupaten lain, asalkan memenuhi persyaratan sama, terutama dari aspek tanah. Uji coba pengembangan bawang putih varietas Tawangmangu Baru ini pastinya harus melihat unsur hara tanah apakah cocok atau tidak. (rum)

(end2021)