SUKOHARJO, solotrust.com - Sektor hiburan terutama bioskop pastinya terdampak sekali akibat Covid-19 sehingga terpaksa tutup selama setahun pandemi. Kabar baiknya, di awal tahun 2021 ini, sejumlah pemerintah daerah telah mengijinkan bioskop beroperasi dengan memberlakukan protokol kesehatan.
Masyarakat sendiri telah kangen ingin menonton di bioskop dan membutuhkan hiburan karena penat menghabiskan aktivitas kebanyakan di rumah melulu. Dengan vaksinasi tentu membuat masyarakat lebih percaya diri untuk datang ke bioskop menonton film.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mendorong geliat sektor film serta mengkampanyekan nonton bioskop kembali belakangan ini. Hal ini tentu menjadi sinyal positif bagi industri perfilman beserta penopangnya seperti bioskop menggeliat lagi usai pandemi.
Mewakili Pokja Apresiasi dan Literasi Film, Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI, Ruliah Hasyim menjelaskan pihaknya ingin mengembangkan produksi film dalam negeri sekaligus mengajak masyarakat datang lagi ke bioskop untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi.
"Kan pandemi begini orang ke bioskop takut, bioskop jadi terdampak. Bagaimana supaya masyarakat kembali ke bioskop mau menonton. Tentunya film-film Indonesia yang lebih kita kembangkan dan lestarikan," ujarnya usai pemutaran film dokumenter You and I di Cinema XXI The Park Mall Solo Baru, Minggu (18/04/2021).
Ruliah ingin mengajak masyarakat untuk menonton ke bioskop lagi, terutama untuk mendukung film-film Indonesia. Tentunya para penonton diharap tetap mematuhi protokol kesehatan. Bioskop harus bergerak kembali dengan pelaku industri yang terkait seperti produser film, sutradara film, penonton, dan lainnya.
Pihaknya mendukung pemutaran film karya anak bangsa di bioskop, terutama yang menonjolkan kekayaan budaya daerah. Contohnya film You and I tentang persahabatan dua mantan tahanan politik wanita di Solo atau film Ayodya dan Jalan Pulangnya di Lampung.
"Pemutaran film ini sudah dilakukan di beberapa daerah dengan film yang berbeda, seperti Palembang, Aceh, Lampung, Tapanuli, yang mengangkat budaya-budaya lokal setempat. Supaya kita mencintai film-film Indonesia," imbuhnya.
Film-film yang diputar tersebut merupakan pemenang kompetisi produksi film pendek yang digelar oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru untuk kemudian produksi film lokal tersebut dibiayai supaya sineas muda Indonesia bisa berkarya.
Ruliah mengungkapkan untuk urusan film awalnya berada di Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) di bawah Sekretariat Jenderal. Tetapi sejak tahun 2020 diganti menjadi Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan.
"Misinya banyak sekali, antara lain mengembangkan, melestarikan dan membina film-film, musik dan media baru dalam rangka mengangkat musik dan film. Sekarang kan sudah eranya media baru, seperti untuk film ada Netflix, pokoknya yang terkait teknologi terkini untuk seni sudah banyak sekali," paparnya.
Dengan berbagai upaya tersebut, pihaknya berharap masyarakat kembali mencintai film karya anak bangsa dan mau menonton ke bioskop lagi untuk mendukung ekosistem perfilman Indonesia serta mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi. (rum)
(end2021)