Solotrust.com - Pekerja seni panggung atau pertunjukan selama masa pandemi ini mau tak mau harus menyesuaikan diri. Pertunjukan lebih banyak menggunakan media digital atau secara virtual.
Proses adaptasi dari pertunjukan panggung yang murni menggunakan kamera atau disiarkan secara virtual juga dialami sutradara film, Kamila Andini yang juga sering menggarap seni pertunjukan.
Kamila Andini kali terakhir menggarap pertunjukan panggung 'The Seen and Unseen' sebanyak sepuluh kali di Asia Topa Melboure 2019 tepat sebelum pandemi. Ia merasakan bagaimana perubahan mesti dilakukan untuk menyikapi keadaan.
"Bentuk teater mengalami perubahan. Semua menjadi virtual. Saya yang sebelumnya melepas betul kacamata filmmaker saya saat di atas panggung langsung kaget," kata putri filmmaker senior Garin Nugroho di akun Instagramnya @kamilandini belum lama ini.
Ditambahkan, saat menggarap pertunjukan panggung, dirinya tak memikirkan aspek mata penonton di layar. Dirinya fokus ke mata penonton dengan frame satu panggung penuh.
Kendati harus kembali menyesuaikan diri dengan keadaan, namun istri Ifa Isfansyah ini mencoba menerima tantangan yang ada serta melakukan diskusi dengan berbagai kalangan. Hal itu dimaksudkan agar bisa menemukan kembali formula tepat dalam menyajikan pertunjukan virtual.
Kamila Andini dengan berani mencoba mengambil beberapa pertunjukan yang akan dia sutradarai secara virtual. Salah satunya pertunjukan panggung Anugerah Terindah garapan Agus Noor beberapa saat lalu.
"Dari pertunjukan itu saya belajar menangkap panggung dari kacamata pembuat film, meskipun masih banyak catatan yang hadir karena tidak mudah sama sekali menangkap esensi panggung dari kacamata penonton di layar, bukan penonton yang duduk dalam venue," lanjutnya.
Setelah mendapat banyak referensi dalam penggarapan sebelumnya, Kamila Andini memberanikan diri kembali mengambil garapan penyutradaraan virtual untuk pertunjukan. Salah satunya proyek 'Di Tepi Sejarah' produksi Titi Mangsa Foundation beserta Kawan-Kawan Media.
Tantangan kembali hadir karena pihak Titi Mangsa Foundation mempunyai idealisme sendiri. Penggarapan virtual tetap menyertakan tata lampu serta setting panggung yang bisa dinikmati penonton di venue maupun lewat layar atau virtual.
"Tentu saja lagi-lagi saya masih punya banyak catatan untuk diri sendiri. Rasanya diskusi panggung dan layar ini akan terus bergerak, tapi sesungguhnya belajar hal lagi dan lagi itu mendebarkan dan menyenangkan sekali. Menantang diri lintas disiplin dan medium juga seni tersendiri," ungkap Kamila Andini. (dd)
(redaksi)