JENEWA, solotrust.com - Belakangan jumlah kematian akibat Covid-19 secara global meningkat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan rekomendasi obat yang bisa mengurangi risiko kematian pasien Covid-19.
Obat tersebut diantaranta obat radang sendi Actemra dari Roche dan Kevzara dari Sanofi dengan kortikosteroid untuk pasien Covid-19. Ini merupakan obat pertama yang terbukti efektif melawan Covid-19 sejak kortikosteroid direkomendasikan oleh WHO pada September 2020.
WHO mengevaluasi terpi obat tersebut saat merawat pasien Covid-19 yang parah dan kritis dengan senyawa interleukin-6 yang menghalangi peradangan sehingga mengurangi risiko kematian dan kebutuhan ventilator mekanis.
WHO juga telah memperbarui pedoman perawatan pasien untuk memasukkan penghambat reseptor interlukin-6, kelas obat yang menyelamatkan nyawa pasien yang kritis dengan Covid-19 terutama bila diberikan bersama kortikosteroid.
Pasien yang sakit parah atau kritis dengan COVID-19 sering menderita reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh, yang bisa sangat berbahaya bagi kesehatan pasien. Obat penghambat interleukin-6 – tocilizumab dan sarilumab - bertindak untuk menekan reaksi berlebihan ini.
Dilansir Reuters, menurut analisis WHO, pasien yang mendapatkan salah satu obat radang sendi dengan kortikosteroid seperti deksametason memiliki resiko kematian 21 persen dibandingkan dengan pasien yang mendapat perawatan standar.
Sedangkan risiko membutuhkan ventilator mekanis atau kematian adalah 26 persen bagi mereka yang mendapat obat-obatan dan kortikosteroid dibandingkan 33 persen yang hanya mendapat perawatan standar. Dnegan kata lain untuk setiap 100 pasien yang kritis, 7 akan bertahan hidup tanpa ventilator mekanis.
"Kami telah memperbarui panduan perawatan perawatan klinis kami untuk mencerminkan perkembangan terbaru ini," kata pejabat Darurat Kesehatan WHO Janet Diaz. Analisis ini mencakup 10.930 pasien, di antaranya 6.449 mendapat salah satu obat dan 4.481 mendapat perawatan standar atau plasebo. Itu dilakukan dengan King's College London, University of Bristol, University College London dan Guy's and St Thomas' NHS Foundation Trust dan diterbitkan pada hari Selasa di Journal of American Medical Association.
Administrasi Makanan dan Obat-obatan A.S. pekan lalu mengeluarkan persetujuan penggunaan darurat untuk Actemra untuk Covid-19. Hal itu setelah penggunaan off-label dalam pandemi mendorong penjualan sekitar sepertiga menjadi sekitar US$3 miliar pada tahun 2020. Sanofi melaporkan, penjualan Kevzara naik 30 persen tahun lalu.
"Obat-obatan ini menawarkan harapan bagi pasien dan keluarga yang menderita dampak buruk dari Covid-19 yang parah dan kritis. Tetapi penghambat reseptor IL-6 tetap tidak dapat diakses dan tidak terjangkau oleh sebagian besar dunia," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan produk penyelamat jiwa ini, WHO meminta produsen untuk menurunkan harga dan menyediakan pasokan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di mana Covid-19 sedang melonjak.
(zend)