Hard News

Kemenhub Siapkan Strategi Untuk Efisiensi Biaya Logistik

Nasional

21 Juli 2021 15:47 WIB

ilustrasi angkutan laut. (Foto: unsplash)

JAKARTA, solotrust.com - Dampak pandemi Covid-19 berimbas pada sektor-sektor potensial di Indonesia, salah satunya transportasi. Sektor ini berhubungan erat dengan kegiatan ekonomi yaitu penyaluran logistik.

Menurut Staf Khusus Menteri Perhubungan, Adita Irawati, salah satu komponen pendukung dalam pemulihan ekonomi Indonesia adalah pergerakan barang atau logistik.



"Kita butuh barang ini atau komoditas apapun bergerak agar bisa kemudian dinikmati dan dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Adita Irawati dalam acara Kabar Moda Kementerian Perhubungan, Rabu (21/7).

Dia mengumpamakan kebutuhan harian seperti nasi yang butuh adanya pergerakan sampai bisa dikonsumsi. Nasi berasal dari padi yang ditanam oleh petani kemudian mengalami proses hingga menjadi beras. Beras ini untuk sampai di tangan konsumen, melewati proses distribusi.

"Pergerakan ini lah yang ditopang utamanya oleh transportasi. Dan pergerakan logistik ini ditopang oleh transportasi logistik," jelasnya.

Adita menambahkan, di masa pandemi ini, obat-obatan dan vaksin juga sangat penting untuk dikirimkan ke daerah-daerah. Hal ini tentu saja membutuhkan peranan transportasi.

Permasalahan yang sering dihadapi yaitu mahalnya biaya transportasi logistik. Sehingga akan berpengaruh terhadap harga komoditas saat sampai di tangan masyarakat.

"40 persen komponen biaya logistik itu berasal dari transportasi. Oleh karena itu, ketika transportasi pun tidak berjalan dengan lancar, otomatis biaya logistik akan naik," terangnya.

Untuk menekan biaya logistik, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berupaya mengefisienkan konektivitas transportasi logistik dengan menerapkan beberapa strategi.

Pertama, mengembangkan sistem transportasi yang terintegrasi dengan kawasan industri.

"Karena begitu simpul transportasi terletak jauh dari pusat industri atau kawasan industri tertentu akan dibutuhkan waktu yang lebih lama. Kan otomatis biaya logistiknya juga akan menjadi lebih tinggi," papar Adita.

Kedua, membangun integrasi antarmoda untuk transportasi angkutan logistik.

"Ada barang datang ke pelabuhan, setelah sampai di pelabuhan tentu tidak berhenti di situ kan, kita harus kirimkan ke konsumen. Proses menuju ke sana tentu harus dilanjutkan dengan moda transportasi yang lain, contohnya misal dengan truk atau kawasan-kawasan tidak terjangkau oleh konektivitas darat dilanjutkan dengan penerbangan," ungkapnya.

Pihaknya berharap bisa meningkatkan indeks kinerja logistik di Indonesia serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. (azizah)

(zend)