Hard News

WHO Akan Bangun Jembatan Udara Bantu Pasokan Kebutuhan Medis Afghanistan

Global

28 Agustus 2021 11:06 WIB

Tentara AS, ditugaskan ke Divisi Lintas Udara ke-82, tiba untuk memberikan keamanan dalam mendukung Operasi Pengungsi Sekutu di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Jumat (20/8/2021). (Foto: Senior Airman Taylor Crul/U.S. Air Force via REUTERS)

JENEWA, solotrust.com – Pasokan kebutuhan medis Afghanistan diperkirakan akan habis dalam beberapa hari ke depan, membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana untuk membangun jembatan udara ke kota utara Mazar-i-Sharif, ditengah kondisi kekacauan di negara itu.

“Salah satu masalah yang kami miliki di Afghanistan saat ini adalah tidak ada otoritas peenrbangan sipil yang beroperasi, tetapi kami bekerja dengan Pakistan khususnya dalam konteks bandara Mazar-i-Sharif. Karena mereka dapar bekerja dnegan kontak di lapangan yang semua kebutuhannya diperlukan. Langkah-langkah untuk mendaratkan pesawat, untuk mendaratkan pesawat kargo, bisa dilakukan,” kata Direktur Darurat Regional WHO Rick Brennan.



Ia menggambarkan kebutuhkan medis sebagai hal yang sangat besar dan terus bertambah. Peralatan trauma dan persediaan darurat untuk rumah sakit, serta obat-obatan untuk mengobati kekurangan gizi kronis diantara anak-anak akan masuk dalam daftar barang prioritas.

“Saat ini karena masalah keamanan dan beberapa pertimbangan operasional lainnya, bandara Kabul tidak akan menjadi pilihan setidaknya sampai minggu depan,” ungkapnya.

Dalam laporan Reuters, Brennan menyebut tariff asuransi untuk terbang Afghanistas telah naik secara dratis.

“Jadi kami mencoba untuk melewati rintangan itu saat ini dan setelah kami membahasnya, semoga kami akan mengudara dalam  48 hingga 72 jam ke depan,” imbuh Brennan.

Satu militan ISIS melakukan bom bunih diri di luar gerbang bandara Kabul dalam dua ledakan yang bersamaan pada Kamis (26/8) malam. Dalam insiden mengenaskan itu 85 orang tewas termasuk 13 orang tentara Amerika Serikat, 2 orang warga negara Inggris dan puluhan warga sipil Afghanistan lainnya.

Disisi lain, Turki belum membuat keputusan akhir tentang permintaan Taliban untuk membantu mengelola bandara Kabul setelah pasukan asing menarik diri karena masalah keamanan dan ketidakpastian di Afghanistan.

Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Jumat (27/8) mengungkapkan hal tersebut masih dalam tahap pembicaraan.

()