SOLO, solotrust.com - Kota Surakarta atau Solo sejak dulu sudah dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan. Sungai Bengawan Solo yang merupakan ikon kota ini menjadi salah satu sarana para pedagang dari berbagai bangsa saling bertemu dan melakukan transaksi. Selain perdagangan legal, barang-barang ilegal juga masuk ke salah satu tempat di sudut kota.
Begitulah kira-kira pemaparan Kanjeng Nuky, salah seorang sentana dalem PB X dalam salah satu unggahan di akun Instagramnya @kanjengnuky, dilansir solotrust.com, Senin (06/12/2021).
"Keberadaan Kota Surakarta mempunyai latar belakang jauh ke belakang yang lekat dengan keberadaan Kampung Laweyan," tulis akun Instagram Kanjeng Nuky.
Laweyan merupakan kampung saudagar yang keberadaannya berseberangan dengan para ningrat Keraton Kartasura.
"Pun demikian kampung ini ada sejak masa Kerajaan Pajang berdiri, yakni tahun 1540-an, di mana Laweyan menjadi bandar utama semua kebutuhan masyarakat kota Nagari Pajang, dari legal maupun ilegal," terang Kanjeng Nuky.
Barang-barang ilegal yang masuk melalui jalur perdagangan itu, di antaranya candu atau apyum (opium) apabila masih mentah. Beredarnya candu tak lepas dari kebijakan Amangkurat II yang mengizinkan memonopoli perdagangan opium sehingga menjadi konsumsi masyarakat saat itu.
"Tahun 1677 merupakan awal bisnis candu ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat waktu itu. Salah satu jalur masuk opium itu melewati dropping oleh perahu-perahu jung di Bandar Laweyan dan memasuki lorong-lorong yang menghubungkan rumah-rumah di Laweyan," ungkap Kanjeng Nuky dalam unggahannya.
Salah satu lorong yang masih ada dan sempat digunakan sebagai jalur masuknya opium, menurut Kanjeng Nuky ialah bunker di salah satu rumah di Laweyan. Dulunya bunker itu saling menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya. Adapun sekarang, jalurnya sudah ditutup dan hanya menyisakan ruangan persegi di bawah tanah.
Selain dulunya menjadi salah satu jalur masuk opium, bunker itu juga digunakan sebagai sarana menyimpan barang-barang berharga. Bunker difungsikan pula sebagai tempat melakukan tapa tirakat.
Saat solotrust.com mengunjungi bunker beberapa waktu lalu, pemilik rumah menutupinya dengan meja bundar dari kayu. Dengan begitu, tak terlihat jika di bawahnya terdapat sebuah bunker yang mempunyai sejarah panjang. (dd)
(and_)