Entertainment

Tak Sekedar Pertunjukan Musik, Rock In Solo 2021 Jadi Ajang Kolaborasi Karya Kebanggaan Lokal

Entertainment

17 Desember 2021 12:37 WIB

Penyelenggara Apokaliptika: A Journey of Rock in Solo tampilkan sejumlah produk kolaborasi saat jumpa pers kedua di Kelana Kopi Solo, Kamis (16/12). (Foto: Dok. Solotrust.com/rum)

SOLO, solotrust.com - Tak sekedar pertunjukan musik, Apokaliptika: A Journey of Rock in Solo yang akan digelar di Convention Hall Terminal Tirtonadi Solo pada Sabtu, 18 Desember 2021 ini menjadi ajang kolaborasi karya lokal mulai dari penggiat musik, pengusaha kuliner, hingga fesyen.

Sebagai penampil utama, band metal Solo Down For Life akan berkolaborasi dengan sederet musisi tradisional Solo seperti Gondrong Gunarto dari sisi gamelan, musisi keroncong Endah Laras, pesinden Whawin Laura, dan lain-lain.



"Di Rock in Solo kita bisa bersama-sama tanpa menghilangkan identitas masing-masing. Dengan berkolaborasi, kami dari Down For Life tidak meninggalkan identitas kami sebagai band metal, dan mas Gondrong juga tidak meninggalkan identitas gamelan dan musik kontemporer," papar Aji saat jumpa pers di Solo, Kamis (16/12).

Melalui kolaborasi tersebut, Aji membeberkan kemungkinan bentuk identitas Metal Indonesia, satu hal yang menggelitiknya ketika Down For Life tampil di Wacken, Jerman, ajang musik cadas level internasional, pada beberapa tahun silam. Saat itu, gamelan hanya dijadikan intro di awal penampilan Down For Life.

"Di beberapa lagu magisnya sangat terasa ketika berkolaborasi dengan Mas Gondrong. Setelah menjalani proses latihan, dengan gamelan dari Mas Gondrong ini mungkin kami akan merepresentasikan metal Indonesia," tandas Aji.

Sedangkan Gondrong Gunarto mengatakan musisi tradisional tidak biasa dengan musik bising dan metronome tetapi kolaborasi ini membuat mereka membiasakan diri. Di kesempatan ini ia memilih tiga perangkat gamelan yakni gamelan Banyuwangi, gamelan Sekaten, dan gamelan Jawa untuk mengawinkan musik tradisional dengan metal.

Gamelan Jawa dipilih karena sehari-hari Gondrong bergelut dengannya. Gamelan Banyuwangi dipilih karena memang sudah sangat metal di mata Gondrong karena untuk memainkannya perlu keterampilan dan kecepatan dengan teknik tinggi. Sedangkan gamelan Sekaten dipilih karena konon kalau dibunyikan akan membawa berkah.

"Gamelan Sekaten yang biasanya dibunyikan saat Maulid Nabi akan dibawa ke ranah metal dengan harapan akan membawa berkah. Gamelan Sekaten yang berukuran besar sudah menimbulkan kesan agung. Meski tidak didesain untuk teknik cepat, tetapi justru kita paksa untuk main cepat," ungkapnya.

Ia ingin musik gamelan tidak sekedar tempelan, tetapi dapat membaur dengan musik metal. Setelah melalui proses kreatif dan delapan hari latihan, Gondrong Gunarto yakin karya yang akan ditampilkan semakin matang.

"Saya yakin tanggal 18 nanti akan keren. Secara teknik dan penggabungan, dari segi gamelan sudah sangat siap," terang Gondrong.

Nantinya, kolaborasi Down For Life dengan Gondrong Gunarto akan dilengkapi dengan koreografi karya Luluk Ari dan Agus Mbendhol. Sedangkan musisi lain yang dilibatkan adalah Djiwo, Pinthus dari band Bandoso, Kokom dari band Paranoid Despire, Doel dari Pecas Ndahe, dan DD Crow dari band Roxx.

Dalam kesempatan tersebut, penyelenggara Apokaliptika: A Journey of Rock In Solo juga menampilkan produk-produk hasil kolaborasi seperti Kopi Nyawa Serep hasil kerjasama dengan Sekutu Company hingga jaket edisi Rock in Solo hasil kolaborasi dengan Cozmeed.

Adapun tiket pertunjukan dipatok seharga Rp 50 ribu belum termasuk pajak tetapi sudah termasuk tes rapid antigen. Kemudian jumlah penonton dibatasi hanya 500 orang saja mengingat masih dalam kondisi pandemi Covid-19. (rum)

(zend)