SEMARANG, solotrust.com - Jelang Imlek, papan arwah atau sinci yang ada di meja altar gedung Boen Hian Tong, Kranggan, kota Semarang dibersihkan. Kegiatan itu sebagai penanda awal perayaan Tahun Baru Imlek 2573.
Ada yang unik dari deretan sinci-sinci itu, salah satunya sinci bertuliskan KH Abdurrahman Wahid, sosok Presiden Keempat Indonesia. Jika sinci biasanya dihiasi dengan aksara han, namun papan milik Gus Dur, sapaan akrabnya, bertuliskan perpaduan huruf alphabet dan Tiongkok.
“Sinci ini dengan tulisan KH Abdurrahman Wahid yang intinya (aksara Han) Bapak Tionghoa Indonesia, Bapak Pembela Kaum Minoritas,” kata Sekretaris Perkumpulan Boen Hian Tong, Ling-ling, Kamis (26/1)
Ling-ling menjelaskan, sinci Gus Dur sudah ada di tempat itu sejak tahun 2014. Awalnya saat akan membuat sinci sebagai tanda penghormatan kepada Gus Dur, pihaknya meminta izin kepada Sinta Nuriyah.
Setelah mendapat persetujuan pihak keluarga Gus Dur, pihaknya direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan Gus Mus, sahabat dekat Gus Dur mengenai bentuk dan tulisan sinci. Dari pertemuan tersebut disepakat bentuk sinci yang sesuai dengan kepribadian dan sifat sosok Gus Dur.
“Akhirnya kita pengurus termasuk Pak Har itu menemui Gus Mus untuk menanyakan sinci yang mau dipakai. Beliau setuju tapi ada 1 yang beliau tidak setuju, yaitu awalnya kita bikin bentuknya kubah masjid yang setengah lingkaran tapp ternyata Gus Mus bilang ini bukan tipenya Gus Dur, yang Gus Dur mau itu adalah seperti Masjid Demak yaitu ada 3 tingkat iman ikhsan dan Islam,” terang Ling-ling.
Ling-ling menyebut Gus Dur merupakan tokoh agama Islam yang menurut beberapa tokoh sosoknya tidak boleh digambarkan dan dibuat patung. Sinci ini menjadi bentuk yang tepat karena tidak menggambarkan sosok menyerupai Gus Dur.
Sesembahan pada sinci Gus Dur pun berbeda dengan sinci lainya. Pihak pengelola Boen Hian Tong biasanya memberikan mendoan, kopi dan ayam ingkung. (vita)
(zend)