Solotrust.com - Jepang dikenal sebagai negara yang penduduknya banyak menyukai kucing. Hewan peliharaan yang lucu ini ternyata membawa dampak besar pada perekonomian Jepang, yang disebut nekonomics.
Neko adalah Bahasa Jepang yang berarti kucing. Dampak ini kian terasa karena adanya pandemi berkepanjangan, yang membuat orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Sebagaimana dikabarkan The Yomiuri Shimbun, Senin (28/2), Profesor Emeritus Katsuhiro Miyamoto dari Universitas Kansai mematok Nekonomics dari kucing pada tahun 2022 sebesar 1,97 triliun Yen (sekitar Rp245 triliun), dengan memperkirakan biaya yang terkait dengan pemeliharaan kucing, serta bidang terkait seperti kafe kucing, album foto, dan perjalanan untuk melihat kucing.
Menurut Japan Pet Food Association, diperkirakan ada 16 juta anjing dan kucing peliharaan di Jepang pada tahun 2021. Jumlah anjing menurun sekitar 7,1 juta, sementara kucing secara bertahap meningkat sekitar 8,9 juta. Banyak orang yang mulai memelihara kucing sebagai salah satu cara untuk memperdalam interaksi antar keluarga di tengah pandemi.
Tanggal 22 Februari adalah Hari Kucing di Jepang, karena kata dalam bahasa Jepang untuk dua atau "ni" terdengar mirip dengan tangisan kucing "nyan" (meong). Hari Kucing tahun ini terlihat sangat spesial, karena tahun 2022 menjadikan jumlah total angka dua pada tanggal tersebut menjadi enam.
Pada hari yang spesial itu, perusahaan pembuat produk pengusir serangga dan deodoran S.T. Corp memasuki bisnis produk hewan peliharaan dengan peluncuran produk penghilang baru atau deodoran yang diekstraksi dari cemara Sakhalin. Produk ini diciptakan karena banyak pemilik kucing yang khawatir tentang bau kotoran ketika mereka memelihara kucing di dalam ruangan.
Unicharm Corp adalah pemain lain. Diberitakan bahwa penjualan dari divisi perawatan hewan peliharaannya naik 9% di tahun ini hingga Desember 2021 dari periode 12 bulan sebelumnya.
Selain popok kucing, Unicharm berencana untuk meningkatkan jajaran produk seperti makanan ringan yang dikemas dalam wadah berbentuk sendok untuk membantu pemilik memberi makan kucing mereka dengan lancar.
"Penjualan dalam bisnis hewan peliharaan kami melampaui 100 miliar Yen untuk pertama kalinya, dengan pendapatan dan laba naik, dan pertumbuhan didorong oleh produk kucing," kata Presiden Takahisa Takahara.
Perusahaan riset Fuji Keizai Co. mengatakan pasar domestik untuk produk yang berhubungan dengan hewan peliharaan berjumlah 503,4 miliar Yen pada tahun 2020. Mereka memperkirakan pertumbuhan 7,9% pada tahun 2023, dibandingkan dengan tahun 2020.
Memang bukan rahasia lagi bahwa orang Jepang menyukai kucing. Sebagaimana pernah dikabarkan Soranews24, Portal Joshi Spa pernah mengajukan pertanyaan kepada pakar psikologi bernama Hiragi, mengapa orang Jepang sangat menyukai kucing. Hiragi menganalisis umpan balik dari banyak pemilik kucing untuk mencari tahu apa yang sebenarnya membuat kucing begitu menarik bagi orang Jepang.
Kelucuan kucing itu sendiri adalah faktor besar mengapa orang Jepang suka kucing. Selain itu, cakar aromatik yang menggoda juga salah satu poinnya. Namun, investigasi menghasilkan kesimpulan lain bahwa orang Jepang suka kucing karena mereka tsundere.
Tsundere adalah gabungan dari tsuntsun atau duri yang gagah, dan deredere yakni sangat manis dan penuh kasih sayang. Sebagai ciri kepribadian, tsundere menggambarkan seseorang yang berubah secara bolak-balik, antara melekat secara emosional dan tidak ingin ada hubungannya, yang itu berdasarkan suasana hati sesaat dan keadaan yang berubah-ubah.
Tsundere telah menjadi salah satu arketipe paling populer untuk pecinta karakter anime. Deskripsi ini juga cocok untuk banyak kucing, yang kadang melekat dan terlihat begitu sayang pada pemiliknya, namun kadang menjadi dingin dan seperti tidak kenal pada pemiliknya.
Namun, Hiragi tidak berpikir orang Jepang suka kucing tsundere karena semacam pemindahan dari kesukaan mereka pada arketipe tsundere dari karakter anime. Ia berpikir rasa sayang pada kucing tsundere itu berasal dari nilai dasar pada masyarakat Jepang itu sendiri.
"Secara statistik, ada banyak orang di Jepang yang sering memikirkan apa yang dapat mereka lakukan untuk memberi manfaat kepada orang lain," kata Hiragi.
Hiragi melanjutkan bahwa ada sebuah keuletan yang sangat kuat dalam kode perilaku orang Jepang yang berorientasi kepada orang lain dan bukan diri mereka sendiri.
"Jadi, bahkan dalam hubungan mereka dengan hewan peliharaan mereka, bahkan jika hewan peliharaan mereka tidak terlalu patuh, banyak orang dengan senang hati untuk menempatkan kebutuhan kucing mereka di atas kebutuhan mereka sendiri, dan bertindak sesuai dengan itu," kata Hiragi.
Hiragi menyimpulkan bahwa bagi banyak pemilik hewan peliharaan di Jepang, melayani kucing mereka secara emosional lebih memuaskan daripada memiliki hewan peliharaan yang akan bermain dengan mereka atas perintah. (Lin)
(zend)