Ekonomi & Bisnis

Best Western Premier Solo Baru Optimis Kondisi Industri Perhotelan Lebih Baik Tahun Ini

Ekonomi & Bisnis

16 Maret 2022 20:55 WIB

General Manager Best Western Solo Baru Sukoharjo Rio Haryono. (Foto: Dok. Solotrust.com/rum)

SUKOHARJO, solotrust.com - Hotel Best Western Premier Solo Baru Sukoharjo optimis akan pergerakan industri perhotelan di tahun 2022 ini seiring melandainya kasus Covid-19 dan perubahan perilaku wisatawan akibat pandemi.

"Kita menganalisa ada semacam perubahan paradigma dari perilaku wisatawan sekarang berbeda atau tidak sama dengan sebelum pandemi. Tamu akan mencari hotel yang memang pelayanannya baik, bersih, nyaman. Jadi pilihan utama seperti itu. Maka yang diutamakan adalah higienitas dan sanitasi," kata General Manager Best Western Premier Solo Baru Rio Haryono usai perayaan HUT ke-7 Best Western Premier Solo Baru, Selasa (15/3) malam.



Rio mengatakan untuk mempertahankan status Best Western Premier Solo Baru dalam peringkat 10 Besar atau Top Ten Best Western Asia untuk pelayanan kepada tamu cukup sulit.

Tetapi pihaknya memiliki keyakinan, kebersamaan dan koordinasi yang baik dengan semuanya untuk bersama-sama menghadapi tantangan itu terutama di masa pandemi seperti ini.

"Kita semua sama-sama mempertahankan keberadaan atau eksistensi hotel baik itu mempertahankan brand standard pelayanan terhadap tamu maupun peningkatan penjualan. Meskipun saat ini masih ada keterbatasan untuk mencapai penjualan yang maksimal," beber pria yang juga menjabat sebagai Regional General Manager Best Western Indonesia ini.

Terkait aturan pemerintah yang menghapuskan syarat perjalanan berupa tes swab PCR dan antigen, Rio menyampaikan bahwa saat ini belum ada peningkatan yang signifikan.

"Seminggu atau sebulan ke depan baru akan terlihat. Jika kita compare dari sebelum dirilisnya masalah antigen atau PCR sampai saat ini, belum kelihatan signifikan dalam satu atau dua minggu ke depan. Tapi kita lihat nanti mungkin orang masih menahan-nahan," ungkap Rio.

Selain faktor perencanaan, saat ini juga sudah mendekati bulan Ramadan atau bulan puasa. Di mana pola kebiasaan masyarakat adalah akan membatasi agenda kegiatan, kunjungan, dan lainnya. Faktor ini mempengaruhi tingkat hunian atau okupansi hotel.

"Kami punya pengalaman pada saat bulan puasa memang di awal-awal ada penurunan tetapi mulai minggu kedua mulai ada pergerakan. Tetapi secara umum di bulan Ramadan itu ada penurunan dari tingkat hunian kamarmaka dari itu kita maksimalkan dari bagian penjualan yang lain untuk mendapatkan revenue di antaranya F&B (food and beverage)," kata Rio.

Sebagai strategi, pihaknya akan berupaya meningkatkan revenue hotel dari segi penjualan makanan dan minuman. Serta menawarkan beragam promosi atau paket terkait bulan puasa misal paket buka puasa dan sebagainya. (rum)

(zend)