Hard News

Gelar Kirab Pertama Kalinya, Warga RW 02 Kauman Tegaskan Kembali Identitas Santri

Jateng & DIY

28 Maret 2022 15:37 WIB

Warga RW 02 Kauman, Pengulon, Pasar Kliwon, Solo gelar kirab dan sadranan sebagai upaya menjaga eksistensi sebagai Kampung Santri, Minggu (28/3). (Foto: istimewa)

SOLO, solotrust.com –Warga RW 02  Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo –yang terdiri dari Kampung Pengulon, Besaran, dan Gedang Sliran– menggelar kirab budaya dan sadranan dari Masjid Agung Solo menuju Musala Putri Yasinan pada Minggu (27/3), yang dimulai sekira pukul 08.00 WIB.

Dalam kirab budaya dan sadranan kali ini, ratusan warga RW 02 membawa replika atau foto ulama-ulama yang dulunya menempati wilayah Kauman.



Kirab yang diadakan Minggu (27/3) ini merupakan kali pertama yang diadakan warga RW 02, Kauman. Humas Kirab Budaya dan Sadranan Kauman, Mufid Aryono, menjelaskan acara ini dilaksanakan atas inisiasi warganya dalam upaya menjaga eksistensi RW 02, Kauman, Pasar Kliwon, Solo, sebagai Kampung Santri di Solo.

“Kami menggelar ini untuk mendoakan para leluhur kami terutama para pendiri kampung Pengulon, Berasan, dan Gedang Selirang.Karena tiga kampung ini satu kesatuan untuk eksistensi, Keraton, Masjid Agung, dan Kampung Pengulon,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, bertepatan dengan bulan Ruwah (Syaban), warga juga menggelar tradisi sadranan. Namun, berbeda dengan umumnya, sadranan yang dilaksanakan ini tidak dilakukan dengan nyekar dan ziarah, melainkan dengan bacaan tawazul atau dengan mengirim doa kepada leluhur terutama dari Kauman.

 

Sejarah keberadaan Kauman sebagai Kampung Santri di Keraton Kasunanan Solo

Keberadaan Kelurahan Kauman tak lepas dari Keraton Kasunanan Solo dan Masjid Agung. Dilansir dari laman resmi Pemkot Solo, lahirnya Kauman dimulai dengan penempatan abdi dalem keraton yang bertugas dalam bidang keagamaan (penghulu).

Penghulu keraton saat itu, Penghulu Tabsir Anom menempati sebelah utara Masjid Agung yang secara administratif masuk RT 02/RW 02, Pengulon, Kauman, Pasar Kliwon, Solo. Dari kata “Penghulu” itu menjadi asal usul nama Kampung Pengulon.

“Pengulon dari kata penghulu, sebagai pemuka agama di keraton yang memiliki daerah otonom sendiri, dan tidak lepas dari keberadaan keraton. Ketika keraton pindah ke desa  Sala (baca: Sålå), para penghulu ikut diikutsertakan, ini tak lepas dari keberadaan keraton dan Masjid Agung,” terang Mufid.

Berbeda dengan Pengulon, Kampung Berasan dan Kampung Gedang Selirang diambil dari ciri fisik bangunan. Kampung Gedang Selirang, disebut demikian, lantaran di tempat itu terdapat rumah dinas marbot yang berada di sisi utara masjid dan memiliki bentuk menyerupai gedang selirang (pisang satu sisir-red).

Sementara, nama Kampung Berasan diambildari lokasi rumah yang pernah ditempati penghulu keraton, yang  juga digunakan sebagai gudang  beras.

Mufid berharap, melalui kirab budaya dan sadranan, menjadi salah satu upaya warga RW 02, Kauman, Pasar Kliwon, Solo dalam merawat ingatan akan sejarah kampung-kampung di Kauman. Dan juga untuk mempertegas keberadaan kampungnya sebagai irisan tak terpisahkan dari Keraton Kasunanan Solo.

“Kami ingin membuka sejarah bahwa di Kauman ada Kampung Pengulon yang berisi tentang para penghulu yang bertugas memimpin ritual keagamaan di Keraton dan pemecahan masalah-masalah agama, jadi Pengulon itu sebuah eksistensi dari ibu kota Kauman sendiri,” tukasnya. (dks)

(wd)