SOLO, solotrust.com – Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Soloraya (BEM SR) melakukan aksi unjuk rasa Solo Raya Menggugat di bundaran Gladag, Solo, pada Kamis (14/4) kemarin. Aksi dimulai pukul 14.30 WIB, massa aksi menyusuri jalan dari koridor Ngarsopuro menuju titik utama pukul 15.10 WIB.
Dalam aksinya, mahasiswa memadati area jantung Kota Bengawan itu untuk menyuarakan 3 tuntutan, yakni meminta pemerintah menstabilkan harga bahan pokok minyak goreng, menstabilkan dan menjamin ketersediaan bahan bakar minyak (BBM), serta meminta pemerintah mengkaji ulang Undang-undang (UU) Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan mengagalkan proyek tersebut.
Sementara, BEM SR tak memiliki tuntutan untuk mengagalkan wacana penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, atau wacana 3 periode Joko Widodo (Jokowi) yang santer hingga saat ini.
Diungkapkan Koordinator Lapangan (Korlap) Solo Raya Menggugat, Widiadi Adi Nugroho tidak adanya bahasan 3 periode menyusul sudah dilantiknya anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemmilihan Umum (KPU) Selasa (12/4) lalu, atau dua hari sebelum aksi.
“Karena dari awalnya konsolidasi pertama sempat ada pembahasan, tetapi ketika konsolidasi kedua ada pemberitaan bahwa Bawaslu dan KPU sudah dilantik, dan tanggal Pemilu sudah ditetapkan tanggal 14 Februari 2024,” terangnya kepada Solotrust.com Kamis (14/4) sore setelah aksi.
“Dari situ kita menggugurkan terkait penundaan PemiluPerlu diluruskan kita tidak memiliki keterkaitan dengan dengan BEM SI, jadi kita sendiri BEM SR, kalau ini tanpa intervensi,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Widiadi menegaskan jika pihaknya juga tidak memiliki keterikatan dengan BEM Seluruh Indonesia (SI). Pada aksi ini, pihaknya menyatakan tidak ada intervensi terkait tuntutan aksi.
“Perlu diluruskan kita tidak memiliki keterkaitan dengan dengan BEM SI, jadi kita sendiri BEM SR, dan ini tanpa intervensi,” jelasnya.
Sementara itu, unjuk rasa yang diikuti 20-an kampus se-Soloraya ini berjalan damai hingga massa membubarkan diri dari titik utama sekira 16.45 WIB dan kembali ke titik kumpul awal di koridor Ngarsopuro sekira pukul 17.00 WIB.
Dari 20 kampus itu, BEM Universitas Sebelas Maret (UNS) menarik diri dari aksi lantaran perbedaan pandangan soal peserta. Di mana, BEM SR hanya menghendaki aksi diikuti peserta beralmamater atau mahasiswa saja untuk menghindari penyusup.
“Ini kita hanya mahasiswa, mempertimbangkan banyak hal, khawatir disusupi,” kata Widiadi.
Untuk selanjutnya, Widiadi mengatakan pihaknya akan menunggu pemerintah untuk mau mendengarkan aksi-aksi serupa yang terjadi di beberapa daerah. Pihaknya pun akan melakukan koordinasi kembali untuk menentukan sikap ke depan.
“Menunggu keputusan forumnya. Kita lihat pemerintah, kira-kira mendengarkan nggak gejolak-gejolak di beberapa daerah. Kalau tidak digagas pemerintah, kemungkinan kita akan tetap turun ke jalan,” tukasnya. (dks)
(zend)