Ekonomi & Bisnis

Biasa Diburu Untuk Bahan Takjil, Penjualan Kolang-kaling Malah Turun

Ekonomi & Bisnis

23 April 2022 15:03 WIB

penjual kolang-kaling di Pasar Legi mengaku omzetnya turun dipertengahan minggu ketiga Ramadan. (Foto: Dok. Solotrust.com/riz)

SOLO, solotrust.com – Awal Ramadan kolang-kaling diburu sebagai salah satu bahan pembuatan takjil. Namun kini penjualan kolang-kaling malah menurun jika dibandingkan pada awal bulan puasa.

Hal ini disampaikan seorang pedagang kolang-kaling di kios Bu Hartanti Pasar Legi Solo, Suprimulasih (52). Menurutnya, pada jelang hingga awal Ramadhan penjualan meningkat hingga 75 persen.



"Meningkat sampai 75 persen mbak, karena kan dulu semua ingin membuat menu buka puasa. Kalau sekarang menurun lagi seperti biasa," papar Suprimulasih pada Solotrust.com pada Sabtu (23/4).

Penurunan ini diduga lantaran antusiasme masyarakat untuk menggunakan kolang-kaling sebagai campuran hidangan menu berbuka puasa rumahan mulai menurun. Lanjut Suprimulasih, saat ini mayoritas pembeli berasal dari penjual es buah dan menu buka puasa lainnya.

"Balik lagi mbak, sekarang yang beli ya penjual-penjual (es buah) itu, kan mereka butuh untuk jualan. Kalau yang konsumsi rumahan udah enggak seramai dulu," imbuhnya.

Senada dengan Suprimulasih, Arif (39) pedagang di Kios Riyati Bogel di Pasar Legi mengungkapkan selain panjualan yang menurun harga juga kembali stabil.

"Kondisi harga kolang-kaling udah stabil untuk pertengahan bulan puasa ini menuju Idul Fitri. Kalau kemarin sebelum puasa sampai puasa selama satu minggu itu naik-naiknya (harga kolang-kaling)," papar Arif.

Menurutnya, harga tertinggi kolang-kaling berkisar Rp 13-16 ribu per kilogram, sedangkan saat ini harga mulai stabil yakni Rp 11 ribu per kilogram. Penyebab kenaikan harga adalah jumlah permintaan yang tinggi, sedangkan ketersediaan buah enau sebagai buah asal kolang-kaling sedikit.

"Untuk tahun ini ketersediaan kurang hampir gak ada karena langka, kalau untuk (tahun) 2021 kemarin banyak, karena panen bareng jadi satu," sebut Arif.

Selain kolang-kaling yang relatif stabil, cincau hitam atau janggelan juga relatif stabil yakni berkisar Rp 50 ribu per kaleng kendati permintaan pasar tinggi selama beberapa waktu lalu.

"Kalau untuk janggelan meningkat 80 persen karena mengingat pasar-pasar daerah. Puasa kurang setengah bulan mulai ramai. (Sekarang) pasar daerah permintaannya sudah mulai sepi juga, nanti kalau sudah mulai rame nanti pertengahan mulia lebaran kurang seminggu sudah mulai lagi," lanjut Arif.

Pembeli cincau hitam yang biasanya adalah tengkulak yang membeli per blek saat ini kian menurun karena pembeli di pasar-pasar kecil juga menurun.

Sedangkan dengan bahan lain seperti selasih, harga relatif stabil dari tahun ke tahun yakni Rp 55 ribu per kilogram. (riz)

(zend)