Serba serbi

Penelitian Menunjukkan Makan Terlalu Cepat Tidak Baik untuk Kesehatan

Kesehatan

3 Mei 2022 16:45 WIB

Ilustrasi. (Foto: Pixabay/poppicnic)

Solotrust.com - Makan terlalu cepat tidak baik untuk kesehatan. Pernahkah kita berpikir mengapa segelas air dengan cepat menghilangkan dahaga, tetapi bahkan makanan lengkap membuat beberapa orang masih lapar? Sebagaimana dikabarkan media Korea Selatan Chosun Ilbo, dokter menjelaskan bahwa fenomena itu nyata dan ada hubungannya dengan cara tubuh memproses makanan.

Tubuh manusia membutuhkan waktu untuk memproduksi hormon yang menandakan rasa kenyang. Ketika orang makan, dinding perut mereka mengeras dan kadar gula darah meningkat. Ini merangsang pusat kenyang hipotalamus di otak, memicu sekresi hormon yang disebut leptin yang membuat mereka merasa kenyang.



Tapi proses ini bisa memakan waktu sekitar 20 menit, sehingga melahap makanan pun masih bisa menimbulkan rasa lapar. Solusi terbaik adalah dengan meluangkan lebih banyak waktu untuk makan.

"Orang gemuk cenderung makan lebih cepat daripada yang lain dan akhirnya mengonsumsi lebih banyak makanan. Ini adalah lingkaran setan, tetapi orang gemuk harus berusaha untuk memutusnya," kata Kim Yan Hyun dari Rumah Sakit Anam Universitas Korea.

Tidak hanya dapat memicu kegemukan, penelitian juga menunjukkan bahwa makan dengan waktu kurang dari 15 menit berisiko lebih besar untuk terkena gastritis daripada mereka yang makan lebih lambat.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Ko Byung Joon dari Rumah Sakit Kangbuk Samsung mengatakan mereka mempelajari 10.893 orang yang melakukan pemeriksaan kesehatan antara tahun 2007 dan 2009, untuk melihat apakah ada hubungan antara kecepatan makan dan risiko gastritis erosif.

Hasilnya ditemukan bahwa orang yang selesai makan dalam waktu kurang dari 5 menit menghadapi risiko 1,7 kali lipat terkena gastritis, dibandingkan mereka yang memakan waktu lebih dari 15 menit untuk makan.

Mereka yang selesai dalam 5-10 menit berisiko 1,9 kali lipat. Sedangkan mereka yang menghabiskan waktu 10-15 menit untuk makan memiliki risiko 1,5 kali.

Proporsi peserta terbesar, atau 45,2 persen, menyelesaikan makan mereka dalam waktu 5-10 menit, sementara 35,2 persen membutuhkan waktu 10-15 menit dan 9,4 persen kurang dari 5 menit. Hanya 10,2 persen yang menghabiskan lebih dari 15 menit untuk makan.

"Mereka yang makan lebih cepat cenderung merasa kurang kenyang dibandingkan mereka yang makan lebih lambat. Akibatnya, mereka cenderung makan lebih banyak.

Makan berlebihan menyebabkan makanan bertahan lebih lama di lambung, yang berarti mukosa lambung terpapar asam lambung lebih lama, sehingga memungkinan mengembangkan penyakit gastrointestinal," kata Ko. (Lin)

(zend)