Ekonomi & Bisnis

Aramco Geser Apple sebagai Perusahaan Paling Berharga di Dunia

Ekonomi & Bisnis

17 Mei 2022 11:25 WIB

Ilustrasi (Foto: Pixabay/matcuz)

Solotrust.com - Apple telah kehilangan posisinya sebagai perusahaan paling berharga di dunia, di tengah aksi jual luas saham teknologi.

Sebagaimana dilaporkan BBC Kamis (12/5), saham Apple turun lebih dari 5 persen di New York pada hari Rabu (11/5) waktu setempat, dengan penilaian pasar saham sebesar $2,37 triliun. Nilai itu lebih rendah dari produsen minyak dan gas Aramco, yang bernilai $2,42 triliun.



Ini adalah pertama kalinya Aramco menduduki posisi teratas sejak 2020. Saham produsen energi ini telah meningkat tahun ini karena biaya minyak mentah dan gas alam naik. Saham Apple sendiri telah turun hampir 20 persen sejak awal tahun setelah aksi jual saham teknologi.

Investor telah menjual saham di perusahaan teknologi untuk beralih ke apa yang mereka lihat sebagai aset yang kurang berisiko.

Bitcoin, cryptocurrency terbesar dan paling terkenal di dunia terus turun secara tajam. Bitcoin kini telah kehilangan sekitar 60 persen nilainya sejak mencapai rekor tertinggi pada November tahun lalu.

Ether, koin digital yang terhubung ke jaringan blockchain ethereum, juga turun tajam lagi dan sekarang telah kehilangan lebih dari 40 persen nilainya dalam seminggu terakhir.

Pada bulan Januari, Apple menjadi perusahaan pertama yang mencapai penilaian pasar saham sebesar $3 triliun. Itu berarti nilai Apple lebih besar dari ukuran ekonomi Inggris senilai $2,76 triliun, menurut data Bank Dunia. Dalam periode lebih dari 16 bulan, valuasi pasar saham Apple melonjak dari $2 triliun menjadi $3 triliun.

Selama masa lockdown, perusahaan teknologi terbesar di dunia itu mengalami lonjakan permintaan karena orang menjadi lebih bergantung pada smartphone, tablet, dan laptop.

Sementara itu Aramco, perusahaan yang berasal dari Arab Saudi tersebut, telah diuntungkan dari kenaikan harga energi. Arab Saudi adalah produsen terbesar di kartel minyak OPEC dan Aramco menggandakan laba bersihnya lebih dari dua kali lipat menjadi $110 miliar pada tahun 2021, naik dari $49 miliar pada tahun 2020.

Pembukaan kembali ekonomi paska pandemi menyebabkan peningkatan tajam dalam harga energi pada tahun 2021. Tahun ini perang di Ukraina juga telah mendorong harga energi lebih tinggi, karena negara-negara mencari alternatif pasokan lain selain dari Rusia. (Lin)

(zend)