Hard News

TPA Putri Cempo Overload Sejak 2010, Sempat Rencana Cari TPA Baru

Jateng & DIY

21 Mei 2022 13:58 WIB

Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo. (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com – Gunungan sampah langsung menyamput mata, tatkala mendatangi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo. Sampah membumbung di lahan seluas 13 hektar dari total 17 hektar kawasan TPA tersebut.

Nyatanya, gunungan sampah ini terjadi lantaran TPA Putri Cempo mengalami kelebihan muatan (overload) sejak 2010 silam. Namun, kenyataannya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo, Gatot Sutanto mengungkapkan sampah TPA Putri Cempo sudah mulai menumpuk sejak tahun 2000-an.



Hal itu lantaran dulunya TPA ini menggunakan sistem sanitary landfill alias membuang atau memusnahkan sampah dengan menguruk kembali secara rutin setiap hari.

“Sampai tahun 2000-an sudah penuh, karena sistemnya sanitay landfill, jadi lahan dipersiapkan, digali, kemudian dikasih lapisan yang kedap air, kemudian dibuat sel-sel, ditumpuk-tumpuk terus,” jelas Gatot katanya saat ditemui Solotrust.com, Selasa (17/5) lalu.

Setelahnya, TPA Putri Cempo menggunakan metode semi sanitary landfill, yang hampir serupa dengan sanitary landfill. Bedanya, pengurukan tidak dilakukan setiap hari.

 

“Sebelumnya semi sanitary landfill, tidak setiap hari, ditutupnya berkala, mungkin seminggu/sebulan sekali. Kalau sanitary landfill setiap hari ditutup,”ujarnya.

Lambat laun, lahan seluas 13 hektar tersebut tak mampu lagi menampung sampah dan tidak memungkinkan diterapkan sistem sanitary landfill maupun semi sanitary landfill. Kini, TPA Putri Cempo dalam keadaan open dumping alias dibiarkan begitu saja di TPA.

Selain kekurangan lahan, open dumping dilakukan untuk mengurangi biaya operasional perawatan sampah yang tinggi.

“Kalau sekarang open dumping, memang biaya operasional tinggi, mencari lahan kerokan tanah juga susah, sehingga tidak bisa ditutup lagi,”

Sempat usulkan TPA baru dan kini bangun PLTSa

Sebelumnya, sempat muncul wacana pembangunan TPA baru untuk mengatisipasi TPA Putri Cempo yang tak memungkinkan lagi menerima sampah. Dalam sehari, TPA Putri Cempo menerima 300-an ton sampah.

Jika dirinci, pada bulan Maret rata-rata TPA Putri Cempo menerima sebesar 354 ton sampah per hari. 365 ton rata-rata sampah harian pada bulan April, dan 340 ton rata-rata sampah harian hingga pertengahan Mei 2022.

Terlebih, jika tetap menggunakan metode sanitary landfill atau semi sanitary landfill, TPA Putri Cempo tak mampu lagi menampung sampah.

“Waktu itu digagas untuk TPA regional, tetapi untuk kemajuannya belum ada. Kalau metodenya tetap sanitary landfill, semi sanitary landfill, atau open dumping, suatu saat harus pindah ini, karena sudah penuh. Pindahkanya ke mana susah, hambatannya pengadaan tanahnya,” jelas Gatot.

Atas pertimbangan itu, Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) dibangun di TPA Putri Cempo. PLTSa itu diproyeksikan bakal memangkas 540 ton sampah per hari dan diperkirakan akan mampu menghabiskan gunungan sampah selama 10 tahun mendatang.

Dijadwalkan, PLTSa akan mulai beroperasi tahun depan. Sementara, dari laman resmi Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), proyek ini dipegang PT Solo Citra Metro Plasma Power (PT SCMPP).  Sebanyak 540 ton sampah perhari akan diolah menjadi listrik dengan kapasitas output sebesar 5 MW.

“Kemudian sekarang pakai teknologi yang relatif baru, dijadikan bahan bakar sebagai pembangkit tenaga listrik. Pembangkit itu membutuhkan sampah 450-550 ton/hari,” papar Gatot.

“10 tahun paling tidak gunungan sampah sudah habis, tahun depan sudah mulai operasional, paling tidak gunungan sampah sudah mulai dikurangi,” tukasnya. (dks)

(zend)