Hard News

Masih Kalah Jumlah dari Internet, KPI Harap Televisi jadi Rujukan Utama

Nasional

23 Mei 2022 18:25 WIB

Komisioner KPI, Hardly Stefano Fenelon Pariela saat menjadi pembicara dalam seminar Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa di Grobogan beberapa waktu lalu.

SOLO, solotrust.com – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terus mendorong masyarakat untuk menjadikan platform konvensional; televisi dan radio untuk dijadikan rujukan utama di tengah gempuran perkembangan internet dewasa ini.

Komisioner KPI, Hardly Stefano Fenelon Pariela, mengatakan, hal itu lantaran hingga saat ini, media internet khususnya media sosial (medsos) belum tercover dalam pengawasan KPI. Di mana, dari Undang-undang (UU) Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 televisi dan radio menjadi media yang dibebankan kepada KPI.



Sementara itu, dilansir dari Indikator Politik, penikmat layanan media internet masih mengungguli televise dan radio, dengan rincian 55,3 persen pengguna internet, 36,1 persen televisi dan 1,7 radio persen pengguna radio. Sisanya pembaca 1,1 persen koran dan 0,1 persen majalah.

“Di tengah perkembangan media baru, internet, media sosial, KPI mendorong dan memastikan agar televisi menjadi referensi dan rujukan utama informasi dan hiburan, yang kedua pengawasan media baru  perlu regulasi. Untuk saat ini, tugas KPI adalah mengawasi televisi dan radio, dan tidak memiliki penugasan di media baru,” kata Hardly kepada Solotrust.com, Jumat (20/5).

Lebih lanjut, Hardly juga menegaskan pihaknya terus mendorong televisi dan radio untuk memberikan siaran yang berkualitas. Hal itu juga perlu melibatkan pengguna sebagai selektor, di sisi lain media sebagai produsen.

Hingga April tahun ini melalui Indikator Politik, mayoritas penonton televise Indonesia adalah penikmat  hiburan sinetron/olahraga sebesar 45,7 persen, pemirsa berita 34,3 persen, pendidikan di angka 7,9 persen, serta agama dan rohani 5,8 persen. Sisanya, memilih tidak menjawab dan tidak tahu.

“Semua siaran televisi pada akhirnya yang memilih pemirsa sendiri, makanya kami mendorong pemirsa televisi untuk lebih cerdas memilih tayangan-tayangan baik, berkualitas, dan bermanfaat, serta meninggalkan konten yang tidak bermanfaat,” ujarnya.

Kendati demikian, televisi masih sebagai media konvensional masih diharapkan mampu menjadi rujukan utama masyarakat. Dari Katadata Insight Center (KIC) tinggal kepercayaan masyarakat akan televisi per Oktober 2021 juga masih tinggi.

Yakni, 47 persen kepercayaan masyarakat terhadap televisi, media sosial (medsos) 22,4 persen, situs pemerintah 17,9 persen, berita online 8 persen, media cetak 1,8 persen, dan radio 0,7 persen.

“Kami ingin menjadikan siaran televisi dan radio menjadi rujukan,” tukasnya. (dks)

(zend)