Hard News

RS Luar Negeri Pangkas Devisa Negara, Perkedwi Terus Dorong Wisata Kesehatan

Nasional

28 Mei 2022 11:24 WIB

Indonesia Wellness and Health Tourism Expo Jateng 2022 yang digelar Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (Perkedwi) di mal Solo Paragon. (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com – Hampir setiap tahunnya, Indonesia kehilangan puluhan hingga ratusan triliunan rupiah, lantaran, masyarakat Indonesia memilih berobat ke rumah sakit (RS) luar negeri. Pilihan masyarakat tersebut barang tentu bukan tanpa sebab.

Ketua Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (Perkedwi) Jawa Tengah (Jateng) Ivo Devi Kristyani menilai, pilihan masyarakat terhadap layanan kesehatan luar negeri tak lepas dari minimnya sosialisasi layanan kesehatan lokal.



Ditambah, selama ini dokter sebagai salah satu unsur kesehatan itu sendiri, terikat pada peraturan yang membatasi aktivitas mengiklan. Di antaranya seperti Kode Etik Dokter Indonesia (Kodeki) 2012 Pasal 3 Tentang Kemandirian Profesi, Permenkes No 1787/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan.

“Kendala dan sosialiasi, untuk kesehatan promosi itu ada kode etik, kita tidak boleh mengiklankan dokter di media massa. Sehingga dengan cara ini, [hanya] RS-lah yang mengiklankan layanannya, sedangkan dokternya salah satu penunjang sebenarnya, tetapi iklannya tidak boleh,” katanya kepada awak media, Jumat (27/5).


Pihaknya pun mengiatkan berbagai kegiatan, seperti mengadakan Indonesia Wellness and Health Torism Expo 2022 yang merupakan gelaran kedua dari Perkedwi. Kali ini, gelaran wisata kesehatan itu diadakan perwakilan Jateng di Solo Paragon, Jumat (27/5) hingga Minggu (29/5).

“Semoga dengan kegiatan ini, semoga masyarskat mengenal dokter Indonesia beserta layanan yang diberikan,” terangnya.

Dalam acara itu, pihaknya mengajak 30-an RS dan perusahaan travel di Jateng, untuk dapat menawarkan fasilitas dan layanan unggulan RS kepada masyarakat umum, serta didukung dengan berbagai potongan harga.

“Orang Indonesia lebih percaya kalau layanan (kesehatan) di luar negeri lebih prima, sebenarnya kalau mereka tahu kalau layanan di Indonesia itu sama atau lebih bagus dari luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah,” jelasnya.

Potensi itu tak hanya berhenti di hal tersebut, pihaknya berharap dapat mengembangkan potensi lainnya dengan mengolaborasikan sektor kesehatan dengan sektor pariwisata lainnya.

“Selain itu juga mengembangkan pariwisata di Indonesia, jadi nanti tidak hanya untuk orang sakit, tetapi kita bisa jalan-jalan sambil medical check-up misalnya, terapi wajah, terapi, atau spa,” tambahnya.

Senada, Wakil Perkedwi Jateng sekaligus Ketua Panitia Indonesia Wellness and Health Tourism Expo 2022 Jateng,  Prihatin Iman Nugroho mengatakan sosialisasi yang minim menjadi salah satu faktor kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap RS dan dokter lokal. Terlebih, dengan ikatan aturan kode etik dokter itu.

Pihaknya berusaha menjembatani kebutuhan tersebut, untuk terus meningkatkan kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan dalam negeri.

“Kita menjembatani lewat Perkedwi tentang potensi-potensi kesehatan dan wisata, kemudian itu nanti bisa disinkronisasi menjadi suatu layanan yang nantinya juga akan memberikan nilai lebih; bisa lho berobat untuk berobat di Jawa Tengah, di Kota Solo, Semarang dsb,” katanya.

“Karena banyak ahli-ahli yang sebenarnya ada di kota-kota (daerah) ini, hanya saja ada etika-etika yang kita jaga bahwa memang dalam mengomunikasikan itu tidak boleh dilakukan oleh kami selaku subyek yang memberikan pelayanan, itu sangat dihindari,” terangnya.

Pihaknya pun berharap, dapat terus mengolaborasikan sektor kesehatan, baik pelaku maupun institusi, serta pelaku sektor pariwisata, untuk dapat mengembangkan potensi wisata kesehatan.

“Harapan kami bisa merangkul teman-teman yang ada di provinsi Jateng baik itu teman-teman pelaku kesehatan, institusi, maupun pelaku-pelaku wisata, kita coba akomodasikan dalam satu proses layanan yang bersama-sama,” pungkasnya. (dks)

(zend)