Hard News

Kreasi Gesek Godhong, Kreasi Lukis Kain Pertama di Indonesia

Nasional

28 Mei 2022 12:00 WIB

Galeri gosok godong yang memamerkan karya seni dari daun kering. (Foto: Dok. Solotrust.com/fj)

SEMARANG, solotrust.com - Daun kering ternyata bisa digunakan sebagai bahan baku untuk melukis kain. Namun siapa sangka, hasil lukisannya justru terlihat unik dan mempunyai nilai jual tinggi.

Kreasi pewarnaan kain dari bahan daun kering tersebut kenal dengan sebutan Gesek Godhong atau dalam bahasa Indonesia diartikan melukis dengan metode gesek daun.



Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gesek Godhong, Pius Yunianto, menjelaskan kreatifitas tersebut lahir dari sebuah perkampungan yang berada di Kota Semarang. Tepatnya di jalan Genuk Baru RT 5 RW 6 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.

Menurut penuturannya, metode melukis dengan daun kering adalah pertama kalinya di Indonesia. Ide melukis ini dicetuskan oleh Syarifah dan suaminya yang tinggal di kampung tersebut. Kemudian dari awal mula coba-coba, hasil karya itu mendapat perhatian dari sekelompok warga sekitar.


Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gesek Godhong, Pius Yunianto

Meskipun hasil karya ini sekilas hampir sama dengan batik, namun teknik gosok godhong berbeda dengan teknik membatik pada umumnya. Jika membatik membutuhkan berbagai macam alat, tidak dengan gosok godhong yang hanya membutuhkan alat bulat seukuran paralon air untuk menggosokan daun kering ke kain.

"Berbeda dengan batik atau ecoprint yag sudah ada sebelumnya," ungkapnya kepada Solotrust saat di jumpai di galeri Gosok Godhong, Jumat, (27/5).

Sebelumnya memang ada perdebatan mengenai gosok godhong dan batik, namun setelah didiskusikan lebih lanjut, gosok daun masuk dalam kategori Seni olah lukis kain.

Lebih lanjut, proses pengeringan daun tidak dijemur di bawah sinar matahari. Tetapi cara pengeringan daun diselipkan di buku selama satu minggu hingga benar-benar kering.

Daun yang digunakan ini pun bervariasi. Ada daun pepaya, singkong, serta daun lain yang memiliki keunikan tersendiri.

Prosesnya, setelah daun kering baru diberi pewarna dan kemudian di gosok ke kain. Dan ketika sudah di gosokkan ke kain, warna yang di hasilnya tidak sama dengan pewarna yang digunakan.

Ia mengungkapkan hasil Gosok Godhong lebih cerah dan rapi. Motifnya pun cenderung unik. Tekstur daun berupa ruas-ruas yang sudah diaplikasikan ke kain tampak jelas.

"Keunikan dari batik dan ecoprint, kalau hasil warna Gosok Godhong tidak konsisten, misalnya pewarna hijau tapi hasil justru berbeda," imbuhnya.

Gosok godong berbeda dengan metode ecoprint. Meskipun sama-sama dengan menggunakan bahan daun, tetapi proses pembuatannya berbeda.

"Ecoprint memang lebih dulu ada. Ecoprint dibuat dari daun basah yang telah di beri pewarna kemudian di tempel di media kain. Setelah itu terus di gulung seperti lontong dan dimasukkan ke mesin steam. Motif dari ecoprint tampak kusam," paparnya

Sejauh ini hasil karya Gosok Godhong sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Permintaannya pun terbilang tinggi, meskipun dua tahun terakhir mengalami penurunan akibat pandemi Covid 19.

"Masyarakat sudah mulai produksi kembali, harapannya kedepan kreasi gosok daun menjadi ciri khas Kota Semarang, selain lumpia dan Kota Lama sebagai identitas kota Semarang," pungkasnya. (fj)

(zend)