Hard News

Digitalisasi MBG, Solusi Atasi Stunting dan Bonus Demografi

Nasional

17 Juli 2025 15:05 WIB

Siswa sekolah mendapatkan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diselenggarakan Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Unit Sukoharjo

JAKARTA, solotrust.com - Digitalisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan langkah krusial dalam menekan angka stunting, sekaligus membekali Indonesia menghadapi bonus demografi.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyatakan pemanfaatan teknologi digital menjadi satu-satunya cara efektif untuk mengelola program berskala nasional, menyasar hingga 82 juta anak pada akhir 2025.



Menurutnya, intervensi digital dalam Program MBG menjadi langkah strategis untuk memastikan efektivitas program, menjamin kualitas gizi, dan memperkuat kesiapan generasi Indonesia menyambut bonus demografi.

“Saya kira intervensi digital atau digitalisasi dalam proses pelaksanaan makan bergizi gratis ini, ini satu keniscayaan karena kita akan memberi makan kurang lebih 82 juta di akhir 2025,” tegasnya dalam acara talk show Transformasi Digital, MBG, dan Pengentasan Kemiskinan di Jakarta Pusat, Selasa (15/07/2025), dilansir dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Digital, komdigi.go.id.

Nezar Patria menjelaskan, keberhasilan program MBG tak bisa dilepaskan dari pengelolaan data secara digital, mulai dari rantai pasok bahan makanan, pengawasan standar gizi, distribusi, hingga pelaporan. Menurutnya, kesuksesan eksekusi program bergantung pada efisiensi sistem dibangun dari hulu ke hilir.

“Mungkin kelihatannya seperti cuma sekadar masak kemudian dibagikan, tetapi sebenarnya untuk menyiapkan makanan tepat waktu, itu harus disiapkan dari hulu sampai hilir. Misalnya untuk menjamin supaya pasokan bahan makanan di dapur bisa datang tepat waktu dan juga bisa memenuhi standar gizi yang ada, itu semua harus berdasarkan data,” jelasnya.

Dengan sistem digital, seluruh proses, termasuk harga bahan pokok, ketersediaan stok, kualitas makanan, dan waktu pengiriman dapat dipantau secara real-time sehingga dapat mengurangi potensi kesalahan, manipulasi, dan pemborosan anggaran.

“Kalau sistem komunikasi buruk, MBG ini banyak sekali kendalanya karena untuk mengoordinasikan ekosistem begitu luas dari hulu sampai ke hilir, rantai pasok makanan ke satu set dapur di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), itu melibatkan begitu banyak koordinasi. Ini hanya bisa dilakukan kalau akses digital tersedia bagi semua orang,” kata Nezar Patria.

Ia menekankan, MBG adalah investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Banyak negara sukses memanfaatkan program serupa untuk meningkatkan produktivitas dan kecerdasan anak-anak yang akan menjadi tenaga kerja unggul di masa depan.

“MBG ini itu nanti dampaknya adalah pada kesiapan labor forces kita, tenaga kerja kita, generasi kita dalam membangun satu ekosistem ekonomi yang kita tahu akan diwarnai oleh ekonomi digital juga nantinya,” tandas Nezar Patria.

Sebagai bagian dari strategi menuju Indonesia Emas 2045, digitalisasi MBG berperan dalam mewujudakan keadilan akses dan pengawasan publik. Dengan konektivitas kini menjangkau 97 persen wilayah berpenghuni, Nezar Patria menyatakan, semua wilayah punya kesempatan sama untuk memperoleh manfaat dari program ini.

“Kalau ada komplain masyarakat tentang kualitas makanan buruk sampai di sekolah anak-anak, itu langsung mendapat perhatian. Sistem monitoring-nya juga dibangun,” lanjutnya.

Digitalisasi juga akan mencegah potensi manipulasi harga dan memastikan transparansi dalam proses pengadaan logistik. Dengan sistem saling terintegrasi dan terbuka, MBG bisa menjadi model layanan publik berbasis data akuntabel dan berdampak nyata.

“Saya kira ini program sangat strategis, walaupun kita terlambat, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali. Ini langkah strategis dari Presiden Prabowo, saya kira untuk memajukan nutrisi anak-anak,” tukas Nezar Patria.

(and_)