Pend & Budaya

Membangun Pendidikan Inklusif dan Berkualitas Dengan Mendesain Ulang Kurikulum

Pend & Budaya

29 Juni 2022 15:46 WIB

Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Surakarta, Astrid Widayani dalam memberikan materi di Seminar Nasional bertema Pembangunan Kependudukan Melalui Pendidikan Inklusif dan Berkualitas di Jawa Tengah yang di gelar di Unsa, Selasa (28/6). (Foto: Dok. Solotrust.com/luluk)

SOLO, solotrust.com – Pendidikan inklusif memberikan kesempatan terhadap siswa yang memiliki kebutuhan khusus dan memiliki potensi kecerdasan untuk mengikuti pembelajaran dalam satu lingkungan dengan siswa pada umumnya.

Sebab mereka mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang baik dan berkualitas.



Hal tersebut diungkapkan Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Surakarta, Astrid Widayani dalam seminar nasional yang bertema Pembangunan Kependudukan Melalui Pendidikan Inklusif dan Berkualitas di Jawa Tengah yang digelar di Universitas Surakarta (Unsa) Selasa (28/6).

Astrid mengatakan pendidikan inklusif ini harus disesuaikan dengan kebutuhan.

“Dalam kondisi normal pembelajarannya itu hanya mengikuti kurikulum atau jadwal, tapi kalau pendidikan inklusif harus disesuaikan dengan kebutuhan, kemudian yang kedua harus segera diubah kurikulum ataupun penjadwalnya,” katanya

Sehingga dalam mengembangkan pendidikan inklusif, sambung Astrid, bukan hanya sekedar menyiapkan kurikulum namun dengan pencapaian pembelajaran yang sama dengan yang lain dan didukung adanya pencapain siswa dalam kelas.

“Kita pengen mengembangkan Inklusiftas ini lebih dari sekedar menyiapkan kurikulum atau menyiapkan resep-resepnya atau bumbu-bumbunya, tetapi di mulai dari satu bahwa inklusi sebuah proses akan ada perubahan, akan ada penyesuaian,” ujarnya.

Melalui inklusifitas, dapat menjadi jalan untuk menghilangkan hambatan. Dengan demikian, solusi untuk kesetaraan pendidikan dapat terpenuhi.

“jadi bukan untuk hanya sekedar, oh ada keterbatasan kita bukan hanya memahami mahasiswa, inklusi ini, perbedaan ini, tapi kita betul-betul cari solusi kira-kira dengan hambatan seperti ini apakah bisa peserta didik ini akan mencapai pembelajaran yang sama dengan yang lain dan dengan didukung adanya kehadiran partisipasi dan pencapaian siswa tersebut di kelas,” urainya.

Sementara Rektor Unsa, Arya Surendra berharap muncul masukan-masukan konstruktif untuk pemerintah dalam dunia pendidikan.

“Kami ingin ikut membantu pemerintah pusat dengan peningkatan pendidikan inklusi. Jadi indeks pembangunan manusia tidak bisa kita lakukan sendiri, tidak bisa dilakukan secara persial. Harus ada sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan perguruan tinggi dala merumuskan kebijakan-kebijakan,” ucapnya.

Turut hadir anggota Komisi II DPR RI, Rizqinizamy, Bupati Karanganyar serta seluruh civitas akademika Unsa.

Sebagai informasi seminar nasional ini merupakan rangkaian Temu Regional Mahsiswa Administrasi Publik/Negara Jawa Tengah (Teras Jateng). Teras Jateng merupakan forum yang menjadi titik temu mahasiswa jurusan Administrasi Publik/Negara Se-Jawa Tengah untuk menjalin silaturahmi, memperdalam ilmu serta menjadi wadah untuk saling bertukar pikiran.

Diikuti dari beberapa univeristas antara lain Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Slamet Riyadi (Unisri), Universitas Tidar Magelang, Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Universitas Surakarta (Unsa) yang menjadi tuan rumah. (Intan/luluk)

(zend)