MEKKAH, solotrust.com – Pusat Kesehatan Haji menyiapkan langkah menjelang Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) dengan fokus pada tiga hal penting yakni meminta Tenaga Kesehatan Haji (TKH) mengawal ketat 30 jemaah haji risiko tinggi (risti), skrining kesehatan ketat dan gerakan minum bersama serta makan tiga butir kurma.
Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana menekankan tiga hal tersebut menjadi pedoman bagi TKH untuk mencapai target mengurangi angka kesakitan dan kematian jemaah haji di tahun 2022.
''Ingat misi kita, bahwa angka kematian harus dibawah satu per mil. Saya tidak akan gunakan angka absolut. Kurang dari satu per mil. Ingat formasi 30 jamaah risti harus dikawal ketat '' katanya saat apel siaga menjelang Armuzna di lantai M, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Senin (4/6).
Pengawalan ketat ini dilakukan dengan memastikan 30 jemaah risti dimaksud berada satu tenda dengan para TKH Kloter. Sehingga TKH dapat melakukan pemantauan secara intens terhadap kepatuhan jemaah dalam mengkonsumsi obat rutin secara teratur.
TKH juga dapat memastikan jemaah haji risti tidak melakukan aktivitas yang terlalu banyak di luar tenda. Ketika keluar tenda jemaah harus dipastikan berbekal Alat Pelindung Diri yang lengkap, seperti payung, kacamata hitam, dan alat semprot wajah.
Berdasarkan data pihak terkait, sampai saat ini belum ada informasi 30 jemaah haji yang memang masuk kelompok risti yang meninggal dunia.
Menurut Budi, pemantauan ketat 30 jemaah haji risti akan memudahkan pada tenaga kesehatan kloter untuk melakukan monitoring dan kontroling terhadap kondisi jemaah. Harapannya, jamaah haji akan tetap terjaga kondisinya sampai kembali ke tanah air nanti.
''Artinya Alhamdulillah jemaah kalau kita kontrol dan jaga kesehatannya, Insya Allah mereka akan terjaga kondisinya,'' katanya dalam siaran pers resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Petugas kesehatan juga diminta untuk memperketat skrining kesehatan kepada jemaah menjelang Armuzna. Hal ini untuk menentukan siapa saja jamaah haji yang akan disafari wukufkan dan badal melontar jumrah.
''Jadi tolong jamaah yang dinilai tidak laik kesehatannya untuk melakukan Armuzna secara mandiri, disafari wukufkan untuk arafahnya, sementara untuk lempar jamaratnya dibadalkan,'' katanya.
Budi mengaku yakin, jika hal ini dilakukan, maka angka kematian pada jemaah haji bisa ditekan. Untuk itu penting setiap dokter kloter mendata siapa saja jemaah haji yang perlu safari wukuf dan badal melontar jumroh.
''Kalau dibadalkan lempar jamaratnya bagi jemaah risti, saya yakin bisa ditekan angka kesakitan maupun yang meninggal,'' katanya.
Budi menekankan jangan sampai jemaah haji kekurangan cairan di tengah suhu ekstrim. Dia hanya menyarankan agar jemaah haji minum air putih setidaknya 200 ml per satu jam dan makan tiga butir kurma setiap harinya
''Ajak mereka minum bersama untuk menjaga stamina mereka. Kita juga ajak makan kurma bersama,'' katanya.
Namun, khusus bagi jemaah yang memiliki penyakit kronis seperti jantung dan gagal ginjal, harus dikonsultasikan dulu dengan dokter spesialis, asupan cairan yang dibutuhkan. Hal ini penting untuk memastikan intake cairan yang harus dikonsumsi tidak malah membahayakan nyawa jemaah tersebut. (akhrns)
(zend)