SOLO, solotrust.com - Sebanyak empat kerbau (kebo) bule Kiai Slamet dipindahkan dari Mahesa Pusaka Kagungan Dalem Alun-alun Kidul menuju area dalam Keraton Kasunanan Solo, Selasa (26/7) siang.
Pemindahan ini dilakukan untuk mengkarantina guna mengantisipasi persebaran Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) yang sudah menjangkit sebagian kerbau-kerbau tersebut.
Selain itu, pengarantinaan ini dilakukan demi persiapan upacara adat Kirab Malam Satu Sura yang rencananya akan digelar Jumat (29/7) malam.
Penggageng Parentah Keraton Solo, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo mengatakan kerbau-kerbau itu akan dipantau rutin Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP).
"Ini dikarantina supaya dalam upacara nanti hari Jumat malam semua sudah terkondisikan dengan secara baik, terawat, dan sehat, bisa dideteksi," ujarnya kepada awak media, (26/7).
"Karena kemarin ada yang meninggal, kami koordinasi dengan DKPP itu segera harus ada tindakan dalam hal ini adalah supaya dipisahkan," imbuhnya.
Kerbau sementara waktu akan ditempatkan di magangan kompleks dalam Keraton Solo. Area itu biasanya digunakan untuk para abdi dalam yang sedang magang dan para abdi dalam yang mempersiapkan upacara. Kerbau masuk ke gerbang benteng pukul 13.20 WIB.
"[Magangan tempat] Kegiatan para abdi dalem yang magang, yang kedua untuk para abdi dalem yang kegiatan persiapan-persiapan di keraton, terutama untuk upacara," paparnya.
Ia berharap, kerbau-kerbau itu tetap dapat dikirab sembari memantau kesehatannya.
"Insya Allah ngoten [ada kirab] dengan standarisasi kita tetap Prokes, nanti dari DKPP setiap hari akan dikontrol kesehatannya benar-benar sehat memungkinkan," ucap Gusti Dipo —sapaan akrabnya—.
Sementara itu, Waki Penggageng Sasana Wilapa Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Dani Nur Adiningrat menyebut, ada beberapa opsi mengenai pelaksanaan kirab nanti. Salah satunya penyederhanaan rute kirab hanya di area Benteng Baluwarti.
Rute ini merupakan rute kirab Keraton Solo sebelum rute diperpanjang.
"Rute sebelum tahun 1974 itu Kirab Pusaka keliling Baluwarti baru setelah peristiwa Malari Presiden Suharto meminta pada Sinuwun Pakubuwana ke XII agar dampak doa kirab itu bisa meluas maka kirab dikelilingkan di luar dari tembok keraton," jelasnya.
Ia mengunkapkan, kerbau itu mesti dilibatkan dalam kirab untuk mengiringi pusaka yang dikeluarkan.
"Mehesa (kerbau) ini sebagai cucuk lampah pasangan sebuah pusaka Keraton, kalau pusaka itu mios dikeluarkan harus disertai maheso," tuturnya.
Demikian, upacara malam satu Sura memungkinkan digelar tanpa kirab seperti selama Pandemi Covid-19. Keputusan lebih lanjut akan di-woro-woro-kan pihak keraton jelang satu Sura nanti.
"Covid pun walaupun tidak ada kirab rangakain upacaranya tetap berjalan pusaka tetap mios walaupun tidak dikirab," ungkapnya.
"Nanti kita akan evaluasi di last minute, seperti yang diketahui mahesanya sudah lumayan pulih sehari dua hari makanya dari dalam," pungkasnya.
Sementara itu, sedianya ada lima kerbau yang digiring masuk, namun pantauan Solotrust.com, hingga pukul 15.30 WIB, satu kerbau belum dapat digiring masuk. (dks)
(zend)