Solotrust.com - Ujian adalah momen yang menegangkan bagi sebagian orang, yangmana rasa cemas, takut, dan gugup sering kali muncul ketika akan menghadapinya. Kecemasan yang muncul ini bisa jadi juga sangat tinggi atau berlebihan.
Psikolog dari UGM, Sutarimah Ampuni menjelaskan setiap orang pasti memiliki kecemasan saat menghadapi situasi akan diuji kemampuannya.
Namun, perasaan cemas yang berlebihan perlu diwaspadai karena mengarah pada apa yang disebut dengan test anxiety disorder.
"Jadi test anxiety disorder itu merupakan gangguan saat level cemas sangat tinggi di tengah situasi menghadapi ujian. Ujian tidak hanya seperti ujian sekolah atau masuk perguruan tinggi saja, namun saat menghadapi penilaian ketika bekerja atau akan tampil," jelasnya dalam siaran pers UGM.
Sutarimah mengatakan orang yang mengalami test anxiety disorder akan merasa kecemasan yang sangat luar biasa saat akan menghadapai penilaian.
Gejalanya cukup beragam dari yang ringan hingga berat. Namun, secara umum gejala (simtom) gangguan kecemasan menghadapi ujian ini dikelompokkan menjadi tiga yakni gejala fisik, gejala kognitif dan perilaku, serta gejala emosional.
Gejala fisik antara lain berkeringat, gemetar, jantung berdetak cepat/berdebar, mual, perut tidak nyaman, badan menjadi dingin atau panas, bahkan pingsan.
Gejala perilaku dan kognitif meliputi sulit konsentrasi, sulit berpikir, sering lupa, meragukan kemampuan atau berpikir buruk akan diri sendiri.
Sementara itu, gejala emosional diantaranya perasaan tidak berharga, putus asa, tidak berdaya, marah, bahkan ingin melukai diri sendiri.
Sutrimah memaparkan ada dua penyebab test anxiety disorder.
Pertama, penyebab biologis dimana secara biologis terdapat orang-orang yang secara genetis mempunyai kecenderungan untuk merasa cemas dan memiliki kemungkinan diturunkan.
"Sebenarnya semua orang saat berada di situasi menantang ada hormon yang dikeluarkan yani adrenalin. Adrenalin ini meningkat saat berkompetisi yang berguna untuk memacu tampil maksimal, tetapi pada orang tertentu justru adrenalin yang muncul berlebihan sehingga menimbulkan cemas berlebih," paparnya.
Kedua adalah penyebab kognitif, yaitu kecemasan berlebih yang muncul karena pemikiran yang timbul dari pengalaman atau perjalanan hidup seseorang, yang membuat mudah berfikir negatif akan diri sendiri maupun takut gagal.
"Diperparah lagi jika tidak dipersiapkan dengan baik menghadapi ujian dan ada sejarah kegagalan di masa sebelumnya," tuturnya.
Dosen Fakultas Psikologi UGM ini menegaskan test anxiety disorder ini akan menjadi sebuah lingkaran setan jika tidak diatasi dengan baik. Sebab, kecemasan yang berlebihan ini akan mempengaruhi ketika penilaian tidak bisa maksimal. Performa yang kurang maksimal tersebut akan berpengaruh saat melakukan ujian atau penilaian berikutnya.
Dia juga berbagi sejumlah tips guna mengatasi atau meredam kecemasaan jelang ujian atau penilaian ini.
Yang pertama dengan melakukan persiapan matang. Persiapan tidak hanya dengan memahami materi atau apa yang akan diujikan saja, tetapi juga mempelajari situasi lingkungan fisik.
"Misal akan ujian SBMPTN, ya disiapkan jauh hari penguasaan materi dan juga situasi sekitar lokasi ujian," ujarnya.
Cara lain adalah dengan mengontrol pemikiran. Mengatur pemikiran penting dilakukan dengan berpikir positif dan menghindari pikiran-pikiran negatif.
Berikutnya adalah menghindari tuntutan untuk selalu sempurna. Lakukan saja yang terbaik semaksimal mungkin yang kita bisa.
Cara lain adalah dengan melakukan relaksasi, salah satunya dengan meditasi. Selain meditasi, stress ball juga bisa menjadi sarana menyalurkan ketegangan. Dengan meremas stress ball bisa membantu tubuh lebih rileks.
Selain itu, dukungan dari keluarga dan lingkungan juga penting dalam mengurangi kecemasan. (Lin)
(zend)