SOLO, solotrust.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo menjadi garda depan kebersihan di Jalan Slamet Riyadi setiap Car Free Day (CFD) berlangsung. Tak tanggung-tanggung, petugas mesti melakukan pembersihan 3 sampai 4 kali saat CFD hingga mengumpulkan 1,5 truk sampah yang dihasilkan para pengunjung maupun pedagang.
Padahal tiap harinya DLH memiliki tiga kali jadwal pembersihan.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya DLH Solo, Arthaty Mulatsih menyebut mayoritas sampah adalah bungkus makanan dan minuman yang dijajakkan pengunjung dari pedagang kuliner, namun kesadaran pedagang untuk menyediakan tempat sampah masih kurang.
"Saya tiap CFD juga turun, melihat langsung ke pedagang banyak yang sudah peduli. Lucunya pedagang yang nyampah itukan pedagang kuliner, anehnya yang care (peduli-red) itu malah pedagang helm, pedagang pakaian, padahal mereka nggak nyampah," ungkapnya.
Kesadaran masyarakat juga dinilai rendah, lantaran tak membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
DLH telah menyediakan tong sampah berukuran besar di 40 titik yang di pasang di sebelah utara Jalan Slamet Riyadi.
Pihaknya mengaku sering turun ke CFD untuk memberi edukasi secara langsung kepada pedagang dan pengunjung, namun masih banyak yang tak menghiraukan.
Tak hanya itu, DLH juga telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dan menyampaikan evaluasi kepada Pemerintak Kota (Pemkot) Solo, tapi tak membuahkan hasil.
"Saya sudah (berkomunikasi) dengan Dinas Perdagangan (Disdag), itu kan ijinnya ke Disdag. Tapi Disdag juga kewalahan karena mereka memang tidak ada kewajiban," paparnya.
Menurutnya, kawasan CFD yang menghasilkan banyak sampah yakni Stadion Sriwedari hingga Museum Radya Pustaka karena merupakan kawasan kuliner, sedangkan Simpang Gendengan ke arah Barat tertib.
"Itu kan sebenarnya zona-zona ya. Tiap zona itu ada paguyuban (pedagang). Kalau yang sebelah barat Gendengan itu paguyubannya cukup baik, dia menyediakan tempat sampah," paparnya.
Selain bungkus makanan dan minuman, petugas sering kali menemui sampah yang sulit disedot dengan road sweeper (mesin penyapu jalan) seperti brosur, karcis parkir, dan tusuk sate.
Petugas mesti memungut dengan tangan sampah yang sulit disapu. Padahal mereka memiliki waktu cukup singkat karena harus berhadapan dengan kendaraan yang mulai memadati Jalan Slamet Riyadi pukul 09.00 WIB. Resiko keselamatan petugas pun luput diperhatikan.
Sementara pedagang tak kunjung memberesi lapaknya hingga melebihi pukul 10.00 WIB.
"CFD kan sampe jam 09.00 aja, artinya jam 09.00 Slamet Riyadi harus sudah seperti semula. Tapi jam 09.00 pedagangnya masih sampai jam 10.00 lebih," ungkapnya.
Pihaknya mengaku berencana melakukan sidak dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Disdag Solo guna menertibkan pedagang yang masih berjualan lebih dari durasi pelaksanaan CFD.
Selain itu, DLH juga rutin memberi edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya kepedulian sampah dengan menggandeng beberapa pihak swasta.
Pihaknya berharap pengunjung maupun pedagang CFD sadar tentang kebersihan dan sampah.
"Sampah nggak bisa jadi tanggung jawab pemerintah saja, karena manusia di setiap aktivitasnya menghasilkan sampah. Jd memang tanggung jawab kita bersama," ucapnya. (riz)
(zend)