Hard News

DLH Solo Keluhkan Kesadaran Masyarakat soal Sampah Masih Rendah hingga Usulan CFD Tanpa Pedagang

Jateng & DIY

12 Agustus 2022 10:43 WIB

Kesadaran pengunjung CFD di Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Jenderal Sudirman Solo masih kurang, terbukti dengan banyaknya sampah yang berserakan dan tidak dibuang pada tempatnya. (Foto: Istimewa)

SOLO, solotrust.com – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo menyebut kesadaran masyarakat Kota Solo dalam membuang sampah dinilai relatif rendah, terlebih selama pelaksanaan Car Free Day (CFD) di Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Jenderal Sudirman setiap Minggu pagi.

Kepala DLH Solo Gatot Sutanto menyebut pihaknya mesti menerjunkan personel tambahan untuk memunggut sampah pengunjung CFD. Personel itu, selain dari petugas, juga berasal dari staf-staf administratif di lingkungan kerja DLH Solo.



Selama CFD, DLH Solo juga menyiapkan sedikitnya 40 tempat sampah, belum termasuk dengan trash bag yang juga disediakan sebagai tambahan.

Bean sampah minimal kita 40 bean sampah, kita sebar sejak pukul 04.00 WIB, dan kalau tidak CFD kita tidak ada kegiatan itu. Kita menyiapkan MCK juga, kemudian trash bag cukup banyak, personel 40 orang tambahan kita alihkan di sana, kemudian staf administrasi kita alihkan, walaupun tanpa honor,” ujarnya, Kamis (11/8) siang.

Gatot menjelaskan, tempat sampah termasuk personel itu seharusnya sudah mencukupi kebutuhan masyarakat jika dilihat daru efisiensi operasional DLH Solo. Ia menyayangkan, masih ditemukan perilaku buang sampah sembarangan selama pelaksaan CFD.

“Kalau tempatnya sedikit, tetapi kalau buangnya sudah penuh, kita siapkan trash bag, jadi Insya Allah sampah sebanyak apapun cukup lah untuk pengunjung dan pedagang. Tetapi jangan sampai setiap lima-sepuluh meter ada tong sampah, ya repot juga nanti, biaya operasional dan sebagainya,” ucapnya.

Akui kewalahan dan kini sedang rumuskan solusi

DLH Solo mengaku kewalahan terhadap perilaku buang sampah sembarangan yang dilakukan masyarakat selama CFD. Ia tak menampik tugas timnya untuk mengatasi masalah itu, namun ia juga mengajak masyarakat untuk berubah.

“Kita berpikir apakah terus-terusan seperti ini, apakah masyarakat tidak bisa berubah? Termasuk kami juga perlu berubah tetapi bareng-bareng,” ungkapnya.

Bahkan, karena permasalahan sampah yang semakin banyak, pihaknya sempat mengusulkan pelaksanaan CFD tanpa pedagang. Gatot menjelaskan, usulan itu dilakukan untuk menganalisa penyebab banyaknya sampah, salah satunya dengan menyetop produksi sampah yang banyak berasal dari para pedagang.

“Misalkan saja terlaksana, CFD tidak ada pedagang kok sampah banyak bersebaran, apakah warga bawa sampah terus ditaruh di sana, itu berarti budaya dan lain sebagainya,” beber Gatot.

Namun usulan itu belum disetujui Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka lantaran dapat menimbulkan konflik terutama di kalangan pedagang.

Sementara itu, terkait solusi penanganan sampah, DLH mengajak berbagai stakeholder baik akademisi, organisasi perangkat daerah (OPD), pegiat sampah, hingga pelaku usaha untuk berdiskusi dalam Rembug Sampah di Megaland Hotel, Kamis (11/8) kemarin.

“Kegiatan ini kita cari formulasi, kalau bisa mulai dari sekarang dan dari diri kita untuk berubah dalam mengolah sampah,” ungkapnya.

Langkah awal usai kegiatan itu, ujar Gatot, ialah menemui kata sepakat dari berbagi pihak, terkait aspirasi, kebijakan, pelaksaannya. Gatot menyebut, permasalahan utama sampah itu kini salah satunya soal perilaku masyarakat atau sampah hulu.

Terlebih, kini tengah dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo yang mampu mengolah 540 ton sampah/hari.

“Seiring yang di hilir itu sudah ada solusi, segala sampah yang bisa terbakar termasuk plastik itu bisa terselesaikan. Nah sekarang permasalahan yang ada hulu, nah ini kita rembug bareng-bareng,” pungkas Gatot. (dks)

(zend)