Pend & Budaya

Kisah Mbah Randimo Jatuh Bangun sebagai Seniman Tradisi

Pend & Budaya

6 September 2022 21:31 WIB

Mbah Randimo (kiri) bercerita tentang pengalaman jatuh bangun dirinya di dunia kesenian tradisi pada acara Pengajian Artistik Sukromanis di Pelangi Mojosongo, Jumat (02/09/2022), (Foto: Dok. solotrust.com/Dody)

Solotrust.com - Tubuhnya masih terlihat segar dan penuh semangat membuat sosok seniman tradisi, Randimo atau lebih akrab disapa Mbah Randimo tak terlihat sudah memasuki usia 84 tahun.

Saat berbincang di acara Jumat Legen Pengajian Artistik Sukromanis Pelangi Mojosongo, Jumat (02/09/2022), Mbah Randimo membagi pengalamannya terlibat di berbagai kesenian tradisi sejak 1950-an.



"Zaman dahulu ikut kesenian hanya dibayar dengan makan," kata Mbah Randimo.

Ia pun menceritakan awal mula mengikuti kesenian, mulai dari srandul hingga masuk ke ketoprak dan sempat ikut Srimulat.

"Saya pernah jalan dari Prambanan menuju ke Sala pada 1959," kisah lelaki yang sudah 60 tahun bergelut di dunia kesenian.

Kecintaannya terhadap kesenian tradisi pada saat itu membuatnya ingin terus belajar banyak hal. Randimo mengaku pernah belajar tari dengan sang maestro Gendhon Humardani dan tinggal di lingkungan Sasono Mulyo beberapa pekan.

"Saya pernah ngangsu banyu (menimba air-red) untuk ngisi bak kamar mandi hingga 140 ember," ungkapnya.

Lepas dari belajar tari, Randimo lantas belajar karawitan serta beberapa kesenian lainnya dengan tekun. Ia sempat pula merasakan jatuh bangun di kesenian. Banyak makan asam garam di dunia yang digelutinya, Randimo pun memberi resep agar bisa tetap eksis.

"Selalu bersyukur dan ikhlas serta tekun saat berada di dunia kesenian," tutur dia.

Pada kesempatan itu, Mbah Randimo juga menceritakan bagaimana sederhananya penggunaan make up zaman dulu. Saat itu para seniman hanya memanfaatkan kotoran pada kayu atau pembakaran maupun dengan ongker. Bintang ketoprak biasanya menggunakan kembang tebu yang dipasang di dahinya.

Diungkapkan pula, sebelum 1960-an, para seniman tak dapat bayaran ketika pentas.

"Zaman dahulu kalau sudah kenyang lupa dengan uang," bebernya.

Tak jarang banyak seniman lebih suka diberi beras untuk kebutuhan keluarga. Terlebih saat itu masih sangat sederhana dan belum banyak kebutuhan.

Menutup pembicaraannya, Randimo berpesan agar selalu ikhlas dan tak gampang tersinggung apabila terjun di kesenian. Hal itu yang menjadikannya tetap masih terlihat segar hingga saat ini.

Tak lupa pula dirinya pun berpesan kepada orang-orang yang bergelut di dunia kesenian agar mempunyai pekerjaan lain di luar seniman. Ia pun hingga saat ini selain sebagai seorang seniman juga masih sering menerima pesanan menjahit dan membuatkan pakaian. (dd)

(and_)