Serba serbi

Yukk Semangat Lagi! Ini Cara Tumbuhkan Motivasi

Kesehatan

14 September 2022 08:40 WIB

ilustrasi demotivasi. (Foto: Pixabay/vdnhieu)

Solotrust.com - Saat mengalami kegagalan, mendapat teguran atau merasa dikecewakan, tak jarang sebagian orang mengalami demotivasi atau kehilangan motivasi.

Prof Euis Sunarti, Guru Besar Ketahanan Keluarga IPB University, mengatakan banyak faktor yang menyebabkan demotivasi dan tingkat kedalamannya pun bervariasi.



Setiap orang dapat mengalami demotivasi, dengan keragaman dari waktu ke waktu, serta keragaman dalam kemampuan untuk bangkit kembali untuk memotivasi dan melakukan aktivitas.

"Kadang-kadang kita dapat memahami bahwa demotivasi pada seseorang terjadi karena sering dikecewakan, terutama jika orang tersebut merasa bahwa kinerjanya sebenarnya tidak buruk, dan merasa telah berusaha keras," ujarnya.

Namun ternyata, lanjut Prof Euis, demotivasi juga bisa terjadi karena alasan yang terkesan sepele, misalnya ditegur dengan alasan yang cukup gamblang dan bertujuan mendidik.

Ia menyebut faktor utama penyebab demotivasi adalah tidak adanya nilai dan tujuan hidup yang kuat. Oleh karena itu, kemampuan bangkit setelah demotivasi juga beragam, sesuai dengan kemauan dan tujuan hidup yang kuat.

"Seberapa besar orang tersebut memiliki kekokohan dan nilai hidup itu sendiri serta self-benefit yang sangat tinggi, maka mereka bisa bangkit meski telah mengalami demotivasi," paparnya.

Menurut Prof Euis, jika terjadi dalam waktu yang lama, demotivasi dapat mengganggu pencapaian dan perkembangan dalam kehidupan. Diri menjadi tidak produktif, pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat akhirnya selesai dalam waktu yang lebih lama. Pada saat yang sama terjadi kehilangan waktu, tenaga, dan pikiran.

"Bahkan mungkin melewatkan kesempatan emas yang bisa didapatkan. Perlu ditegaskan bahwa dampaknya bukan hanya merugikan diri sendiri tetapi konsekuensi pada support system dan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya," tambahnya.

Demotivasi juga erat kaitannya dengan masalah kesehatan mental. Apalagi bila disertai dengan perubahan suasana hati yang signifikan dan disertai rasa khawatir dan cemas yang berkepanjangan. Ini bisa menjadi pemicu depresi.

Jika dibarengi dengan pola tidur, pola makan dan aktivitas yang buruk, dapat menyebabkan gangguan jiwa sehingga perlu penanganan.

Prof Euis memberikan beberapa tips jika terjadi demotivasi. Yang pertama memperkuat nilai hidup, niat dan tujuan dalam menjalani hidup.

"Misalnya cita-cita seperti ingin masa depan cerah, mendidik diri sendiri agar memiliki ketahanan, atau membahagiakan orang tua. Dengan tujuan yang jelas, kita bisa menghadapi kesulitan yang berarti, sehingga tidak mudah mengalami demotivasi," jelasnya.

Kedua, membangun lingkungan yang baik dan positif. Dengan berada dalam lingkungan yang seperti itu, akan ditemukan dan dirasakan sikap saling mendukung dan memotivasi, terutama dari lingkungan terdekat yaitu keluarga.

"Lingkungan positif seperti ini perlu dibangun, tidak harus didapat begitu saja. Artinya berkontribusi terhadap lingkungan, dengan menumbuhkan hal-hal positif sehingga jauh dari demotivasi," lanjutnya.

Prof Euis mengatakan, jika tidak memiliki lingkungan keluarga yang mendukung, ada baiknya memiliki panutan yang memberikan nilai-nilai positif. Jika tidak ada dunia nyata, role model juga bisa didapatkan dari dunia maya yang bisa memberikan wawasan untuk bisa bangkit dari keterpurukan. (Lin)

(zend)