Serba serbi

Kesadaran Orang Tua Pantau Skoliosis Pada Anak Masih Minim

Olahraga

23 Maret 2018 14:22 WIB

(Ilustrasi)

SOLO, solotrust.com – Direktur Utama RS Ortopedi Prof dr R Soeharso, Dr Pamudji Utomo menilai lemahnya pengawasan orang tua pada gejala skoliosis, menjadi salah satu faktor penyebab masih ditemukannya penyakit kelainan tulang itu pada anaknya. Bahkan masih banyak orang tua yang acuh pada gejala awal skoliosis, dan baru kebingungan saat sudah berat.

"Kesadaran orang tua masih kecil, bahkan tidak tahu dengan masalah ini. Maka kita sarankan agar orang tua untuk rutin memeriksa kondisi tulang belakang anaknya. Terutama saat mens pertama bagi anak perempuan," jelas dia di sela Pemeriksaan Massal Deteksi Dini Skoliosis di RS Ortopedi Prof dr R Soeharso, Jumat (23/3/2018).



Lebih lanjut, RS Ortopedi membantu melakukan pendeteksian dini pada pelajar, dengan harapan dapat melakukan pencegahan sejak awal.

Pamudji mengatakan, jika penyakit ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan membuat pasiennya merasa kurang nyaman dalam beraktivitas. Menurutnya, skoliosis dapat menyebabkan kelumpuhan.

"Gejala yang paling sering dialami pasien mengeluh nyeri punggung. Ini (skoliosis) seperti gunung es yang tidak terdeteksi. Karena sampai saat ini tidak diketahui penyebabnya, bisa jadi faktor keturunan, harus diperiksa betul," kata dia.

Kabid Pelayanan Medik RS Ortopedi Prof dr R Soeharso, dr Retno Setianing mengatakan gejala awal skoliosis sangat beragam, pasien akan mengalami nyeri di bahu, pinggul, dan terasa pinggangnya tidak rata.

Disinggung apakah membawa ransel terlalu berat bisa menyebabkan seseorang mendapat skoliosis, ia menyanggah. Menurutnya, seseorang yang terkena skoliosis postural, masih mudah diperbaiki.

"Kalau itu problemnya di otot, mudah diperbaiki. Kalau yang kita lakukan ini deteksi dini skoliosis struktural, jadi problemnya di tulang," urai dia. (vin)

(way)