Hard News

Deteksi Dini Skoliosis, 92 Pelajar SMP di Solo Raya Dinyatakan Positif

Jateng & DIY

23 Maret 2018 14:50 WIB

Pemeriksaan Massal Deteksi Dini Skoliosis di RS Ortopedi Prof dr R Soeharso, Jumat (23/3/2018). (solotrust-vin)

SOLO, solotrust.com – Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof dr R Soeharso menemukan sebanyak 92 pelajar sekolah menengah pertama (SMP) di Solo Raya memiliki kelainan tulang belakang atau biasa disebut skoliosis.

Data tersebut diperoleh dari 1.156 pelajar SMP yang mengikuti pemeriksaan massal deteksi dini di RS Ortopedi, Jumat (23/3/2018).



"Jadi tadi sudah kita temukan ada 92 pelajar yang dinyatakan positif. Rinciannya 80 pelajar putri, 12 pelajar putra. Akan kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut," jelas Direktur Utama RS Ortopedi Prof dr R Soeharso, Dr Pamudji Utomo usai menerima penghargaan MURI, Jumat (23/3/2018).

Kalau dibiarkan berlarut-larut, penyakit ini membuat pasiennya merasa tidak nyaman dalam beraktivitas. Bahkan jika tidak ditangani dengan baik dan cepat, penyakit kelainan tulang belakang ini juga dapat menyebabkan kelumpuhan.

"Memang kalau skoliosis lebih banyak menimpa yang wanita daripada yang pria. 90 persen pada wanita, laki-laki 10 persen. Kemungkinan memang bisa disebabkan hormonal," jelas dia.

Bentuk tindak lanjut, kata Pamudji, pelajar yang dinyatakan positif akan didiagnosa terlebih dahulu. Setelah diketahui berat atau ringan skoliosisnya, akan dipilih bentuk tindakannya. Namun, pihaknya akan lebih memprioritaskan metode terapi dalam menangani para generasi muda tersebut.

"Nanti juga akan dirontgen, dan ada dokter yang mendampingi. Tidak perlu operasi, kalau ringan hanya terapi saja," jelasnya.

Satu siswa SMP N 1 Colomadu, Taufan (14) mengaku lega setelah dicek dokter, tak ditemukan gejala skoliosis pada tulang punggungnya.

"Tadi langsung dikasih tahu sama dokternya, negatif skoliosis," ujar Taufan.

Baca juga : Kesadaran Orang Tua Pantau Skoliosis Pada Anak Masih Minim

Kabid Pelayanan Medik RS Ortopedi, dr Retno Setianing mengatakan bagi mereka yang positif skoliosis perlu ada penanganan yang kontinu agar derajat pembengkokan tak bertambah dan akhirnya harus dioperasi. Menurutnya, apabila derajat sudah lebih dari 45 derajat maka harus dioperasi.

"Kalau bengkoknya terlalu besar nanti mengganggu penampilan secara kosmetik. Yang kedua mudah capek karena ada pengecilan rongga paru-paru," urai dia. (vin)

(way)