Pend & Budaya

Dampak Self Diagnose untuk Mental Health di Kalangan Remaja

Pend & Budaya

9 Mei 2023 14:55 WIB

Ilustrasi.

Solotrust.com-Di era digital yang terus berkembang, informasi tentang kesehatan mental menjadi semakin mudah diakses oleh masyarakat umum. Terutama di kalangan remaja, kesehatan mental menjadi isu yang semakin penting dan sering dibicarakan. Dalam usaha untuk memahami dan mengatasi masalah mereka sendiri, remaja justru sering kali mencari informasi melalui internet atau sumber lainnya, dan bukan dari ahli psikologis.

Hal ini lah yang disebut dengan Self Diagnose. Namun, Readers tahu tidak? Jika Self-Diagnose itu bukannya membantu tapi bisa membahayakan diri sendiri loh! Mengapa bisa begitu ya? Yuk kita cari tau lebih lanjut apa itu Self Diagnose dan dampak negatifnya di ulasan selanjutnya.



 

SELF DIAGNOSE ITU APA?

SelfDiagnose adalah kondisi di mana seseorang yang mengklaim mempunyai suatu penyakit tertentu berdasarkan asumsinya sendiri tanpa di dampingi oleh ahlinya. Padahal, Self Diagnose bisa membahayakan diri sendiri, karena terlalu sering merasa cemas dan berakibat memengaruhi kondisi mental kita.

Dalam masa kini, tak heran jika Self Diagnose sudah sering ditemukan di banyak platform media sosial. Contohnya ketika banyak remaja yang membagikan video dirinya melakukan selfharm contohnya sepertimembakar diri mereka, menggigiti kuku, menjambak rambut, cutting, dll. Dan sebagian dari mereka biasanya hanya mengharapkan kepedulian dari followers mereka.

Self Diagnose mengacu pada upaya seseorang untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mentalnya sendiri berdasarkan informasi yang ditemukan melalui internet, buku, atau sumber lainnya. Dalam konteks kesehatan mental, self-diagnose sering kali didasarkan pada simptom-simptom yang sering terjadi pada gangguan mental tertentu, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan makan. Meskipun memiliki niat yang baik, self-diagnose dapat memiliki dampak negatif yang signifikan di kalangan remaja, diantaranya:

 

1. Kesalahan dalam diagnosis

Self-diagnose dapat menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis kondisi kesehatan mental. Banyak gangguan mental memiliki gejala yang tumpang tindih, dan mungkin sulit untuk membedakan antara satu gangguan dengan yang lain hanya berdasarkan informasi yang ditemukan secara online. Ini dapat mengarah pada kesalahan diagnosis, yang berpotensi merugikan remaja dan menghambat pengobatan yang tepat.

 

2. Stigma dan label yang salah

Self-diagnose juga dapat menyebabkan pemberian label yang salah pada diri sendiri. Remaja mungkin mengidentifikasi diri mereka dengan gangguan mental tertentu tanpa konsultasi profesional yang memadai. Ini dapat menyebabkan mereka merasa terjebak dalam stereotip atau stigma yang melekat pada kondisi tersebut, bahkan jika mereka tidak secara akurat menderita gangguan mental.

 

3. Tidak adanya bimbingan profesional

Mengandalkan self-diagnose dapat menyebabkan remaja melewatkan bimbingan dan dukungan yang penting dari profesional kesehatan mental. Profesional dapat memberikan penilaian yang akurat, memberikan pengobatan yang sesuai, dan mengarahkan remaja pada sumber daya yang tepat. Tanpa bantuan profesional, remaja mungkin kesulitan dalam mengatasi masalah mental mereka dengan efektif.

Dalam upaya untuk memahami dan mengatasi masalah kesehatan mental, remaja sering kali mencari solusi melalui self-diagnose. Namun, kita perlu memahami bahwa self-diagnose dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental remaja. Risiko kesalahan diagnosis, stigma yang salah, kekurangan bimbingan profesional, penundaan perawatan yang tepat, dan dampak buruk pada kesejahteraan remaja semuanya harus menjadi perhatian utama.

Ketika remaja melakukan self-diagnose, ada risiko besar untuk melakukan kesalahan dalam mendiagnosis kondisi kesehatan mental. Banyak gangguan mental memiliki gejala yang tumpang tindih, dan diagnosa yang tidak akurat dapat menghambat pengobatan yang tepat. Penting bagi remaja untuk mengerti bahwa hanya ahli kesehatan mental yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk mendiagnosis dan mengobati masalah kesehatan mental.

Jadi readers, kalau kalian merasakan sesuatu sedang mengganggu pikiran dan kesehatan mental kalian.. yuk, bergegas untuk berbicara dan berkonsultasi dengan ahlinya!

 

(Penulis:Yulian Zhafirah Aji Saputri, mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro.)

(wd)