Ekonomi & Bisnis

Perajin Genting di Mojolaban Keluhkan Minimnya Pendapatan

Ekonomi & Bisnis

18 Juli 2023 09:09 WIB

Produksi genting di Dukuh Kebak, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. (Foto: Dok. solotrust.com/nadia)

SUKOHARJO, solotrust.com - Dukuh Kebak, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo menjadi salah satu desa perajin genting. Tercatat hampir setiap rumah di wilayah setempat memproduksi genting, namun beberapa kendala membuat para perajin mengeluh.
 
Tarmuji, salah satu perajin genting saat ditemui solotrust.com, Senin (17/07/2023), mengatakan banyak sekali kendala dihadapinya saat memproduksi genting. Salah satunya, pendapatan yang didapatnya tak sebanding dengan modal produksi.
 
“Modalnya saja sudah mahal, apalagi sekarang solar untuk pelumas saat cetak genting itu harganya juga naik dan nggak bisa dibeli kalau nggak pakai barcode,” keluhnya.
 
Tarmuji mengungkapkan, ia harus menyiapkan uang sekira Rp6 juta untuk modal pembuatan genting. Mulai dari membeli tanah hingga selesai pembakaran genting.
 
“Sewa selep (giling tanah) saja sudah Rp300 ribu, belum lagi bayar tenaga sekitar tujuh orang itu Rp100 ribu per orangnya. Buat bakar genting saja saya harus sewa tempat sekitar Rp250 ribu,” urainya.
 
Kendala dihadapi perajin genting tak cukup sampai di situ. Saat memasuki proses pencetakan kerap kali genting yang akan dicetak memiliki tekstur tidak sesuai. Entah terlalu lembek atau pun terlalu keras. 
 
“Kalau batannya (tanah liat yang dibentuk kotak sebelum dicetak menjadi genting) terlalu keras ya harus disiram lagi tiap hari. Kalau lembek harus dibuka tutupnya biar bisa agak keras,” terang Tarmuji.
 
Musim hujan juga menjadi kendala tersendiri dalam produksi genting. Saat musim hujan, proses penjemuran membutuhkan waktu cukup lama sekira empat hari. Sementara saat musim panas, proses pengeringan genting hanya makan waktu dua hari.
 
“Kalau musim kemarau permintaan pembeli banyak ya untung, tapi kalau musim hujan susah. Harga genting juga harus dikurangi biar bisa kejual,” beber Tarmuji.
 
Keseluruhan proses jika ditotal mampu menghasilkan 6000 hingga 8000 buah genting. Hasil kerajinan ini kemudian dijual dengan harga Rp1000 hingga Rp1200 per buah.
 
“Saya saja harus kerja sampingan, kalau hanya mengandalkan genting saja hanya cukup untuk mekan sehari-hari,” ucapnya.
 
Kendati demikian, Tarmuji masih ingin melanjutkan pekerjaan tersebut. Ia juga mengatakan di desanya masih banyak warga yang membuat genting.
 
*) Reporter: Nadia Rahma/Ade Dama Mayarani

(and_)