JAMBI, solotrust.com - Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI menggelar Forum Sosialisasi Pemilu Damai 2024 bertajuk 'Rabu, 14 Februari 2024 adalah Hari Kasih Suara'. Bertempat di Balairung Pinang Masak Universitas Negeri Jambi, Provinsi Jambi, Jumat (08/12/2023), kegiatan ini diharapkan bisa mengajak para mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum (Pemilu) dan menjaga demokrasi.
Forum Sosialisasi Pemilu Damai 2024 menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Dirjen IKP Kominfo Usman Kansong, Rektor Universitas Negeri Jambi Prof Sutrisno, Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Arfa'i, Pemimpin Redaksi TribunNews Jambi Yoso Muliawan, serta Kopipede dan Influencer Mochammad Farisi.
Dirjen IKP Kominfo, Usman Kansong dalam kesempatan itu menyampaikan, beberapa hari lagi, tepatnya 75 hari, masyarakat Indonesia akan mengikuti pemilu pada Rabu, 14 Februari 2024 untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD, dan DPD RI.
"Sebuah langkah strategis dari Komisi Pemilihan Umum untuk mengambil tanggal 14 Februari 2024 yang biasanya hiruk pikuk dengan suasana kasih sayang menjadi Hari Kasih Suara.
Apabila memang menyayangi negeri ini, marilah memberikan suara dengan segenap pikiran, perasaan, dan perbuatan sebagai warga Negara Indonesia di tempat pemungutan suara. Hanya dibutuhkan lima menit di TPS (tempat pemungutan suara) untuk menentukan lima tahun arah bangsa dan negara kita," ujarnya.
Usman Kansong menegaskan, informasi resmi tentu bersumber dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Di luar itu, masyarakat perlu mencermati data, informasi, konten, dan berita dari media massa maupun media sosial.
Khusus media sosial, menurutnya perlu mendapatkan perhatian lebih, pasalnya mengandung potensi penyebaran hoaks politik, kampanye hitam, dan ujaran kebencian, tanpa batas ruang dan waktu, melampaui etika politik dan demokrasi, bahkan dapat melanggar peraturan perundang-undangan.
Secara khusus, Usman Kansong berharap para mahasiswa terlibat dalam diskursus publik secara konstruktif. Mahasiswa juga diharapkan mampu menjaga demokrasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, internet dan media sosial untuk memilah dan memilih informasi yang pada akhirnya layak digunakan dalam menetapkan keputusan secara bijak, baik bagi diri sendiri maupun pihak lain.
"Satu hal yang terpenting adalah demokrasi bukan hanya persoalan memberikan suara, melainkan juga mencakup perlindungan hak-hak individu sebagai warga negara, supremasi hukum, dan pertukaran gagasan yang dinamis," tandasnya.
Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Arfa'i dalam kesempatan yang sama mengutarakan perlunya meluruskan cara pandang untuk mewujudkan pemilu damai. Pasalnya, selama ini banyak orang kurang menyadari jika setiap individu di Tanah Air ini merupakan masyarakat Indonesia, bukan dari negara lain.
"Oleh karena itu, ketika kita pandang bahwa kita adalah Negara Indonesia, maka ada kesatuan sehingga itu mengubah cara pandang kita berpikir secara sempit," kata dia.
Disebutkan pula, penting untuk mengubah cara pandang setiap individu. Pemilu sejatinya adalah pesta demokrasi. Menurut Arfa'i di dalam pesta, orang akan cenderung menunjukkan ego maupun entitasnya masing-masing
"Itulah yang namanya pesta, oleh karena itu cara pandangnya harus diubah," ucapnya.
Cara pandang ini, dikatakan Arfa'i berkaitan dengan kadaulatan. Karenanya di dalam pemilu, pihaknya meminta agar kedaulatan jangan diserahkan kepada sembarang orang.
"Kedaulatan sifatnya suci, dia mengandung kebaikan, maka jangan salah menyerahkannya kepada sembarang orang," ujarnya.
Selanjutnya, cara pandang yang perlu diluruskan, yakni setiap warga Negara Indonesia harus memiliki mindset dirinya terlibat aktif dalam pemilu. Selain itu, masyarakat juga harus bisa menentukan calon pemimpin yang benar karena akan menjadi penentu masa depan bangsa.
Di lain sisi, Pemimpin Redaksi TribunNews Jambi, Yoso Muliawan dalam Forum Sosialisasi Pemilu Damai 2024 menyoroti soal khittah media untuk pemilu damai.
Yoso Muliawan menyatakan, media pada prinsipnya mendukung terselenggaranya pemilu damai
Pemilu butuh pengawasan agar dapat berjalan sesuai track-nya, jangan sampai ada kecurangan atau ketimpangan.
"Pengawasan salah satunya oleh media massa. Inilah fungsi media. Media massa sebetulnya adalah masyarakat juga. Media massa adalah perpanjangan suara dari masyarakat. Media sebetulnya adalah representasi dari masyarakat," papar dia.
Pada penyelenggaraan pemilu, media juga berperan dalam mendamaikan atau membuat suasana jadi sejuk. Media punya genre jurnalisme damai. Artinya, media memiliki kontribusi menjaga suasana tetap kondusif manakala terjadi polarisasi di tengah masyarakat.
"Dalam konteks jurnalisme damai, media harus benar-benar independen, netral dan bisa jernih menyuarakan, sehingga kalau ada kerusuhan dia bisa memberikan solusi," ucap Yoso Muliawan.
Lebih lanjut, pihaknya juga menyebut media punya peran memberikan edukasi publik bagaimana pentingnya menyalurkan suara, tata cara pemilihan, termasuk jangan mengamplifikasi ujaran kebencian, hasutan, dan politik identitas.
"Peran media juga mengawasi pemilu terkait potensi pelanggaran, seperti sengkarut data pemilih, politik uang, kampanye hitam maupun pencurian suara. Selain itu juga memberikan pencerahan terkait misinformasi dan disinformasi," tukas Yoso Muliawan.
Sementara itu, Kopipede dan Influencer Mochammad Farisi dalam kesempatan yang sama menyampaikan hakikat pemimpin dalam negara demokrasi Indonesia. Pada prinsipnya, negara membutuhkan pemimpin yang layak.
Karenanya, masyarakat harus benar-benar hati-hati dan selektif saat memilih pemimpin pada pencoblosan 14 Februari 2024 nanti. Menurut Mochammad Farisi, pemimpin yang layak dipilih, yakni sesuai dengan sila keempat Pancasila. Adapun bunyinya, 'Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.'
"Jadi bukan orang yang mendapatkan suara terbanyak dalam pemilu, bahkan konsepnya pun bukan pemilihan langsung sebenarnya, tapi lewat musyawarah," jelasnya.
Mochammad Farisi mengungkapkan orang yang hikmat adalah sosok bertakwa dan berilmu. Ia pun menyitir pernyataan filsuf Yunani, Sokrates yang mengatakan pemimpin baik adalah bijaksana dan ikhlas, bukan orang yang mengejar uang atau pun kehormatan.
Di hadapan peserta Forum Sosialisasi Pemilu Damai 2024, Mochammad Farisi juga menyatakan orang layak jadi pemimpin, yakni sosok yang mengerti nilai keadilan sebagaimana pernah disebutkan filsuf Yunani lainnya, Plato.
Berkaca pada pemilihan umum, diantaranya pemilihan capres/cawapres, pemilihan kepala daerah, hingga pemilihan legislatif sebelumnya, terungkap peredaran informasi sifatnya merusak, memecah belah, mengelompokkan, dan mengkotak-kotakkan masyarakat.
Untuk itulah, pemerintah perlu hadir dengan menghadirkan kembali, menegaskan dan menguatkan karakter serta mental bangsa dijiwai falsafah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Forum Sosialisasi Pemilu Damai 2024 bertajuk 'Rabu, 14 Februari 2024 adalah Hari Kasih Suara digelar dengan tiga tujuan. Pertama, meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu serentak 2024.
Kedua, meningkatkan aksi dan partisipasi masyarakat pada pemilu serentak 2024. Ketiga, mendorong target dan capaian kinerja Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan untuk program dukungan sosialisasi pemilu serentak 2024. (and)
(and_)