Hard News

Wali Kota Semarang Dorong Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Urban Farming

Jateng & DIY

12 Juni 2024 12:03 WIB

Panen sayuran pada pemanfaatan lahan tidur di RT 2 RW 7, Kelurahan Tinjomoyo yang dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Karang Taruna Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Senin (11/06/2024)

SEMARANG, solotrust.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang mendorong pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian perkotaan atau urban farming dalam rangka menjaga ketahanan pangan di Ibu kota Jawa Tengah. 

Seperti terlihat pada pemanfaatan lahan tidur di RT 2 RW 7, Kelurahan Tinjomoyo dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT) dan Karang Taruna Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.



Camat Banyumanik, Eka Kriswati mengatakan, lahan tidur tak digunakan itu kini sudah menjadi area urban farming dengan beragam sayur mayur lengkap dan tumbuh subur.

"Ini wujud kolaborasi yang diinisiasi karang taruna, termasuk petani milenial dan KWT yang menggerakkan anggotanya," tambahnya, usai panen sawi, bayam, dan kangkung di lahan urban farming dikelola Karang Taruna Tinjomoyo, Senin (11/06/2024).

Eka Kriswati mengaku, lahan itu merupakan lahan tidur yang selama beberapa tahun tidak difungsikan. Lahan itu merupakan tanah bengkok milik Pemerintah Kota Semarang.

"Kami menanam aneka sayur di lahan sekitar 70 meter persegi. Ada juga kolam ikan dan pengelolaan sampah atau bank sampah di area depan serta ada taman sebagai edukasi untuk anak-anak kecil," imbuhnya.

Selama tiga bulan terakhir, pengelolaan tanaman dan sayuran dilakukan anggota karang taruna dan petani milenial serta KWT.

"Ada pembibitan sampai proses komposting di sini. Dua bulan ini sudah menghasilkan beberapa jenis sayuran, seperti bayam, kangkung, dan sawi. Saat dipanen kami bagikan ke grup Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk ditawarkan dan dijual," terang Eka Kriswati.

Tak hanya itu, pihaknya juga menanam bawang merah yang tumbuh banyak dan subur.

"Lahan tidur ini milik pemkot kemudian ibu wali kota menggerakkan urban farming dan anak-anak karang taruna langsung antusias dan mengelolanya," jelas dia.

Sementara Plt Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mangaku tengah melakukan inventarisasi lahan tidur melalui para lurah dan camat.

"Kami akan bikin edaran untuk mendata lahan-lahan tidak produktif di sekitarnya. Selain itu juga melakukan pendekatan persuasif dengan pemilik lahan untuk menanam tanaman potensial," ungkap Hernowo Budi Luhur yang juga menjabat Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Semarang.

Menurutnya, jika pemilik lahan memiliki kesulitan  bisa berkonsultasi dan bertanya ke Dinas Pertanian, Urban Farming Corner (UFC), atau BPP yang ada di Ngaliyan, Mijen, Gunungpati dan Banyumanik.

Hernowo Budi Luhur menyebut, penanaman di lahan tidur memiliki tujuan dua hal, yakni sebagai upaya mendorong ketahanan pangan lewat urban farming dan pertanian serta konservasi tanah.

Terpisah, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, tanah-tanah bengkok milik Pemerintah Kota Semarang bisa dimanfaatkan untuk urban farming.

"Lahan itu bisa disewakan masyarakat yang akan bercocok tanam dengan sistem menguntungkan petani atau yang menggarap lahan," kata Mbak Ita sapaan wali kota, Selasa (11/06/2024).

Menurutnya, total lahan produktif di Kota Semarang masih 3000 hektare atau enam persen dari luas lahan Kota Semarang 37.380 hektare, sedangkan sawah lestari seluas 1.600 hektare. 

Wali kota menyebut, masih ada beberapa lahan kosong di wilayah Mijen, Tembalang, Gunungpati, dan Ngaliyan. 

"Mungkin bisa menanam pepaya atau menanam cabai, tomat, dan terong. Ini bertujuan menjaga tetap daulat pangan, membuat multiplier perekonomian kepada masyarakat," tukasnya. (fjr)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya