YOGYAKARTA, solotrust.com - Muhammadiyah akan meluncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) dengan momentum Awal Muharram 1446 H sebagai waktu peluncuran dan periode penggunaan formal KHGT.
Perubahan ini juga menandai rekonstruksi Wujudul Hilal yang telah digunakan sebelumnya, beralih ke sistem KHGT. Peluncuran KHGT ini, meski mendapat kritikan dan penolakan dari berbagai pihak, diakui Muhammadiyah sebagai konsekuensi dari ide besar yang telah dirancang dengan matang.
Pakar ilmu falak Muhammadiyah, Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, menjelaskan keputusan peluncuran KHGT telah melalui proses pengkajian panjang.
“Secara historis, KHGT atau sebelumnya dikenal dengan berbagai nama seperti Kalender Islam Global (KIG) telah dikaji lebih dari satu dasawarsa dalam berbagai forum Muhammadiyah. Mulai dari Halaqah Ahli Hisab dan Fikih, seminar, diskusi publik, hingga diskusi internal,” terangnya, dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, muhammadiyah.or.id, Selasa (25/06/2024).
KHGT sendiri telah mendapatkan dukungan formal dari Muhammadiyah melalui Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada 2015, lalu diperkuat lagi pada Muktamar ke-48 di Solo pada 2022.
“KHGT menjadi bagian dari program ‘Risalah Islam Berkemajuan’, menunjukkan bahwa kalender ini adalah program prioritas dan jangka panjang Muhammadiyah,” tambah Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar.
Menjelang peluncuran, Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PP Muhammadiyah telah gencar melakukan sosialisasi KHGT ke seluruh Indonesia. Sosialisasi ini dilakukan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di berbagai daerah, termasuk Medan, Mataram, Yogyakarta, Makassar, dan Bandung.
Menurut Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, ide penyatuan kalender Islam secara internasional sebenarnya bukan inisiatif tunggal Muhammadiyah. Pada 2016, di Turki telah disepakati konsep kalender Islam global-tunggal dihadiri ahli syariat, astronomi, dan pemerhati kalender Islam dari berbagai negara.
“Perhelatan di Turki ini sejalan dengan ijtihad Muhammadiyah dalam membentuk KHGT. Namun, perlu dicatat bahwa keputusan formal Muhammadiyah untuk kalender global-internasional telah ada sejak Muktamar Makassar tahun 2015,” jelas dia.
Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar juga menegaskan, meskipun KHGT Muhammadiyah mengadopsi hasil putusan Kongres Turki 2016, keputusan ini tidak terikat secara formal pada hasil kongres tersebut.
“Muhammadiyah telah berketetapan untuk mewujudkan Kalender Islam global-internasional jauh sebelum tahun 2016. Jadi, meski hasil putusan Kongres Turki penting, ia bukan penentu utama,” katanya.
KHGT Muhammadiyah juga mengkaji parameter 5-8 yang dihasilkan dari Kongres Turki 2016 secara komprehensif, termasuk prinsip, parameter, dan syarat (PSP).
“Dalam berbagai forum, Muhammadiyah mengkaji aspek-aspek tersebut secara mendalam, meski masih ada ruang untuk penyempurnaan,” tutup Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar.
Dengan peluncuran KHGT, Muhammadiyah berharap dapat memberikan solusi atas ketidakteraturan sistem penjadwalan waktu dunia Islam saat ini, serta membayar “hutang peradaban” Islam dalam bidang sistem kalender. Muhammadiyah terus mengkaji dan menyempurnakan KHGT sembari menerima kritik konstruktif untuk perbaikan ke depan.
(and_)