Solotrust.com - Apakah kamu tipe orang yang selalu berpikir positif dalam keadaan apa pun, bahkan dalam situasi.buruk? Jika kamu sering kali menyepelekan perasaan negatif, seperti sedih, takut, atau pun kecewa karena tetap ingin melihat sisi baik dari segala sesuatu mungkin kamu mengalami toxic positivity.
Toxic positivity adalah kondisi di mana seseorang menekankan pikirannya untuk senantiasa berpikir positif dan mengabaikan emosi negatif. Terlalu sering mengabaikan perasaan negatif akan berdampak buruk karena keadaan ini dapat membuat individu merasa mereka tidak boleh mengungkapkan emosi negatif. Padahal, merasakan emosi negatif dalam tubuh juga dibutuhkan karena dapat mengeluarkan tekanan psikologis.
Kendati memiliki niat positif, toxic positivity dapat berbahaya karena mengabaikan kenyataan dan tekanan yang mungkin dialami seseorang. Seseorang terjebak dalam toxic positivity memiliki gagasan berpikir positif adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi semua masalah yang ada.
Ciri-ciri Toxic Positivity
1. Menyembunyikan Emosi Negatif
Seseorang akan menekan perasaan mereka sendiri atau mendorong orang lain untuk berpikir "tetap positif" tanpa mengakui atau memproses perasaan negatif tersebut.
2. Memberikan Saran yang Terkesan Meremehkan
Kalimat seperti "Jangan menyerah," "Berpikirlah positif saja," atau "Hadapi saja dengan senyuman" adalah contoh dari saran tak realistis dan terkesan meremehkan karena mengabaikan kenyataan atau kesulitan yang sedang dihadapi seseorang.
3. Kurangnya Empati
Orang terkena toxic positivity hanya memberikan jawaban singkat memaksakan pandangan positif tanpa mendengarkan atau memahami perasaan sebenarnya dari orang yang sedang berbicara.
4. Merasa Bersalah ketika Mengungkapkan Emosi Negatif
Toxic positivity akan membuat seseorang merasa bersalah atau malu ketika emosi negatif muncul. Mereka tidak merasa berhak merasakan kesedihan atau kesulitan karena harus senantiasa berpikir positif.
5. Sering Membandingkan pada Orang Lain
Seseorang terlibat dalam toxic positivity akan menghakimi orang lain dan membandingkan perasaannya. Kalimat seperti “kamu lebih beruntung, orang lain masih banyak yang lebih menderita dari kamu” akan memaksakan pandangan positif pada orang lain dengan hanya mencari-cari sisi baiknya.
Dampak Toxic Positivity
Dikutip dari Alodokter, toxic positivity dalam jangka panjang dapat memberikan pengaruh negatif pada kesehatan mental. Hal ini dapat menyebabkan gangguan, seperti stres berat, cemas atau sedih berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang, depresi, dan PTSD.
Mengatasi Toxic Positivity
1. Mengakui perasaan positif dan negatif timbul karena setiap emosi memiliki peran dalam pengalaman.
2. Terbuka untuk mengekspresikan setiap emosi yang dirasakan.
3. Jika terasa berlebihan, bantuan dari seorang profesional dapat membantu mengelola perasaan dan menemukan cara lebih tepat untuk menghadapinya.
Dengan memahami dan menghindari toxic positivity, kesehatan emosional akan tetap terjaga dan bisa mengelola emosi dengan baik. (Elsanita Rahma Hidayati)
(and_)