Hard News

Tragis, 21 Penyu Mati dan Membusuk di Pesisir Paloh Akibat Keracunan Limbah Kimia

Hard News

12 April 2018 17:09 WIB

WWF-Indonesia menemukan penyu dalam keadaan mati di Pesisir Paloh, Kalimantan Barat (Dok Instagram @wwf.id)

SOLO, solotrust.com – Berita memprihatinkan datang dari dunia satwa Tanah Air. Dilansir dari laman WWF-Indonesia, Rabu (11/4/2018), sebanyak 21 ekor penyu ditemukan terdampar di Pesisir Paloh, Kalimantan Barat dalam keadaan mati dan membusuk dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini.

Berdasarkan temuan penyu yang terdampar tunggal maupun terpisah-pisah lokasi di sepanjang pesisir Paloh ini, hampir keseluruhannya ditemukan dalam kondisi mati dan telah membusuk. Hanya temuan tanggal 9 Februari saja yang kondisi penyunya ditemukan dalam keadaan hidup dan sakit, namun akhirnya mati juga setelah sembilan hari direhabilitasi.



Tim gabungan BKSDA Kalimantan Barat, BPSPL Pontianak, WWF-Indonesia, dan tim medik dari Flying Vet Indonesia segera meluncur ke lokasi untuk melakukan tindakan nekropsi atau bedah bangkai untuk mengetahui penyebab kematian penyu-penyu tersebut.

Hasil pemeriksaan medik yang dilakukan oleh dokter hewan Flying Vet Indonesia mengindikasikan bahwa penyu yang dijumpai terdampar dalam kondisi mati disebabkan oleh faktor keracunan limbah kimia B3 yang menyerupai aspal.

Sedangkan penyu yang terdampar sakit, kematiannya disebabkan oleh malnutrisi sebagai akibat tersumbatnya lambung penyu karena mengonsumsi sampah plastik yang berukuran besar (5 cm x 8 cm).

Pesisir Paloh merupakan habitat penting bagi empat jenis penyu yaitu Hijau (Chelonia mydas), Sisik (Eretmochelys imbricate), Lekang (Lepidochelys olivacea), dan Belimbing (Dermochelys coriacea). Selain sebagai habitat peneluran, wilayah ini juga merupakan habitat pakan, habitat perkawinan serta jalur migrasi atau lalu lintas penyu.

Tak hanya bagi penyu, perairan ini juga menjadi lalu lintas penting bagi berbagai kapal antar negara baik kapal perikanan, tanker hingga cargo. Mengingat secara geografis lokasi ini berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan yang dikelilingi oleh beberapa negara.

Dengan kejadian luar biasa ini, WWF-Indonesia bersama tim dokter hewan Flying Vet Indonesia melakukan observasi cepat kondisi perairan pesisir Paloh dan menemukan banyak tali plastik yang tersangkut pada alga merah (salah satu pakan dari penyu hijau). Sampah plastik lainnya juga ditemukan di sepanjang garis pantai seperti botol plastik, kantong plastik, pembungkus makanan dan lain-lain.

Selain sampah plastik, cemaran berupa material berwarna hitam dengan konsistensi padat juga banyak dijumpai di sepanjang Pantai Paloh dalam kurun waktu lebih dari dua bulan. Pantai paloh dengan pasir yang putih menjadi tertutupi oleh material hitam yang berpadu dengan pasir membentuk gumpalan yang persis menyerupai ikatan antara cairan aspal dan agregat pasir pada konstruksi jalan.

Material hitam pekat yang ditemukan menutupi di sebagian pantai tersebut sama persis dengan material hitam yang ditemukan menempel dan menggumpal pada saluran pencernaan penyu yang telah dinekropsi. Materi ini telah mencemari habitat pakan penyu sehingga termakan oleh penyu.


Berita yang juga diunggah WWF-Indonesia melalui Instagram resminya @wwf.id ini langsung memantik reaksi warganet. Mereka banyak yang menyampaikan rasa sedihnya mengetahui fakta ini. Berikut beberapa komentar dan saran-saran mereka menanggapi kejadian memprihatinkan ini.

“Penyu juga mahluk hidup sama seperti manusia, dia berhak untuk hidup didunia yang kita sebut rumah ini. #savepenyu,” tulis @fikrifawwazy.

“Mau nangis bacanya, udh begini masih aja tega buang sampah sembarangan di pantai.. pantai bukan tempat sampah,” tulis @mekashifuto.

“Hanya dalam waktu 2 bulan, 20 penyu mati karna keracunan.. Ini benar benar mengkhawatirkan... Edukasi semakin penting.. Manusia sendiri tidak akan bertahan jika alamnya rusak... Jika Penyu yg juga salah satu kunci untuk kesehatan ekosistem laut punah karna kelalaian kita, keseimbangan ekosistem pasti kacau..... And for the turtles itself... Really can't imagine, how much suffering those turtle have to endure — Going through this... So heartbreaking...,“ tulis @axellaaxelia.

“Ini berita sangat menyedihkan, please stop penggunaan plastik, limbahnya udah menyebar di dasar laut. Bukan cuma di pinggiran pantai saja. Terutama kantong plastik yang di supermarket pas belanja bulanan atau kresek makanan minuman. Itu sangat2 banyak sekali dan menumpuk,” tulis @24hoursvisual.

“Astaga sampah di pantai itu, harus ada sosialisasi yg lebih lagi dari pemerintah Dan pihak yg terkait kpd masyarakat terutama masyarakat yg tinggal di pesisir tuk sadar tdk membuang sampah plastik dll ke laut dan kapal kapal yg membawa penumpang agar tidak membuang sampahnya k laut,” tulis @armin_arm25.

“Sedih banget dengernya :( ini nunjukkin kalau penggunaan plastik udah berlebihan banget sampe mengancam hewan laut. Coba dong pemerintah berani bikin aturan pengurangan plastik, soalnya masyarakatnya gak nyadar-nyadar :(,” tulis @nightdelusi0n. (Lin)

(way)